Tuesday, June 27, 2006

Aku Lebih Waras

Kalian sebut aku gila, orang yang memiliki penyakit jiwa yang sepantasnya tidak hidup dalam satu lingkungan dengan kalian yang mengaku orang waras. Ya, memang aku gila dan aku menikmati kegilaanku itu, karena aku tidak mempunyai pilihan untuk tidak menjadi gila.

Memang, kadang-kadang aku berjalan dengan kepolosanku di jalanan yang penuh dengan asap debu dan polusi yang kalian tebarkan sebagai orang waras yang pintar dan mengerti tentang arti kebersihan.
Tapi, kalian cela aku karena kadang memakai pakaian yang kumal yang mungkin kalian anggap hanya cocok untuk menjadi kain pel di rumah kalian, kalian tahu apa tentang aku ? kalian yang mengaku kaya ternyata tidak mau memberi aku pakaian yang pantas aku kenakan, dan bahkan beberapa dari kalian malah memalingkan muka untuk menghindari aku, aku tau bahwa kalian bukan malu melihat kepolosanku tapi jijik melihat aku yang seperti daging busuk dalam tong sampah kalian.

Kepolosanku adalah kepolosan yang tidak aku buat-buat, bukankah manusia lahir dalam kepolosan ?
Dan aku kira tidak akan ada orang yang bangkit nafsunya dengan melihat kepolosanku kecuali mungkin orang yang memiliki penyakit seperti aku.
Setidaknya aku lebih jujur kepada kalian, daripada kalian orang waras yang kadang berlaku munafik, yang sering memakai topeng dan baju bersih untuk menjadi malaikat yang kelihatan tak bersalah untuk kemudian menyakiti dan menghina sesama kalian.

Dalam kegilaan aku menjadi orang paling waras yang hidup di bumi ini, lihatlah bahwa dunia semakin menjadi gila, anak memperkosa ibunya, bapak membunuh anaknya, istri membunuh suaminya. Aku ? seandainya aku melakukan itu karena
aku tidak sadar akan perbuatanku, ingat….bahwa aku gila seperti yang kalian bicarakan,
tapi kalian yang mengaku lebih normal dari aku, melakukan semua itu dengan “kesadaran” kalian.

Hm…ternyata aku sebagai orang gila, jauh lebih waras daripada kalian yang mengaku waras

Inspired : saat melihat orang yang tidak menggunakan sepotong kainpun di tubuhnya dan berlari-lari di jalan

Wednesday, June 14, 2006

Kembali menjadi manusia sesuai citraNya

Duduk terdiam, merasakan ketenangan yang menyusup dalam tubuh
Mencoba tuk mengurai benang-benang kehidupan
yang semakin lama semakin menjadi jaring yang melilit tubuh ini

Terbayang masa lalu yang kelam, sekelam malam yang menyapa
Tuk apa lahir di dunia ini ?
apakah hanya sekedar sebagai kafilah yang berlalu dan tak meninggalkan apa-apa ?

Untuk apa sang Khalik menghembuskan nafas kehidupan Nya ke dalam tubuh ini ?
Hidup selaras dengan citraNya, mungkinkah sanggup tuk dilaksanakan ?
Tapi bukankah itu bukan merupakan sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan yang harus dilakukan sebelum tubuh kembali menjadi debu.

Cinta kasih yang diajarakanNya tuk jadi dasar kehidupan, kadang hilang dalam hati dan pikiran
Hanya cinta kepada diri sendiri yang selalu menjadi raja dalam setiap perbuatannya
Bukankah sebaiknya manusia kembali ke hakekatnya ?
Kembali kepada hakekat yang tlah digariskan sang Pemberi Hidup untuknya

Sebagai mahluk yang paling pintar dari semua mahluk ciptaan-Nya
tetapi tidak menggunakannya untuk membodohi manusia lainnya
Sebagai mahluk yang paling bermoral diantara mahluk lainnya
tapi tidak menjelekkan dan merusak moral manusia lainnya
Sebagai mahluk yang mempunyai perasaan dan cinta yang paling besar diantara mahluk lainnya
tapi tidak mengatasnamakan cinta untuk semua hal yang dilakukannya


Allah, jadikan aku manusia seutuhnya, yang selalu mendengarkan ajaranMu
dan menjadi mahluk yang sesuai dengan citraMu serta menjadi manusia yang penuh kasih tanpa mementingkan diri sendiri