Saturday, December 23, 2006

Saturday, December 16, 2006

Si Gila, Maafkan Aku …

Si gila, maafkan aku, yang tak menduga hal seperti itu bakal terjadi, yang dapat aku lakukan hanyalah meminta maaf kepadamu, karena saat kau hadir di lingkungan sini, aku hanya berpangku tangan, aku hanya melihatmu sebagai si gila, seseorang yang tidak waras otaknya, yang berjalan hilir mudik tanpa tujuan dan keinginan. Keberadaanmu bagiku hanyalah sebuah intermezzo kehidupan di lingkunganku ini, mungkin kadang aku menertawakan tingkahmu yang lucu, ya kuanggap engkau lucu, kadang aku takut kepadamu karena engkau dengan kegilaanmu memberikan rasa takut kepadaku, kadang aku marah kepadamu karena ketidakwarasanmu itu membuat segala hal yang kau lakukan tidak menggunakan otak sama sekali.

Si gila, disaat engkau mengalami kehamilan yang aku sendiri tak tahu bagi aku, kondisi mu itu adalah kondisi orang normal, aku tidak terganggu dengan semua itu. Aku melihat semua itu dengan pandangan mata orang yang biasa melihat keburukan yang terjadi di lingkunganku, tak ada rasa iba yang menyentuh nuraniku, tak ada rasa kaget yang menyerang otakku, mungkin aku sudah kebal dengan semua itu atau aku sudah bosan melihat segala kebobrokan yang terjadi sekitarku ? Aku tidak peduli apakah engkau sudah menikah atau belum, apakah kau diperkosa atau tidak tak ada niatan mencari tahu siapa bapak dari anakmu itu, aku acuh saja melihatnya, toch itu tidak mengganggu kehidupanku, itu yang ada di pikiranku.

Disaat engkau masuk dalam suatu berita di TV, aku baru sadar bahwa aku melakukan kekeliruan yang begitu besar, salah satu kekeliruan terbesar yang pernah aku lakukan dalam sepanjang kehidupanku, sebuah kesalahan yang menghilangkan seorang bayi tak berdosa, ya…engkau si gila memakan anak yang kau lahirkan sendiri, apakah kau salah ? banyak orang mengganggap demikian menurut aku, aku yang salah, pada saat hari-hari terakhir menjelang engkau melahirkan, aku masih dalam kondisi tak acuh melihat kondisimu padahal dari awal aku tahu bahwa engkau tidak waras, engkau bukan orang normal yang dapat berpikiran seperti orang normal dan aku tidak peduli dengan keadaanmu itu. Si gila, sekarang aku merasa aku berdosa kepadamu, karena aku adalah orang normal yang lebih gila dari dirimu, seorang normal yang lebih tak waras dari orang gila, ya aku gila dengan keacuhanku, aku tak waras karena sifat egoku. Si gila, maafkan aku…


 

Inspired by : sebuah kisah nyata yang terjadi beberapa waktu lalu

Friday, December 08, 2006

Suara Yang Kembali Terdengar...

Beberapa waktu, melakukan kristalisasi diri, tidak menghilang, hanya sekedar menepi, mencoba mencari kejernihan dari hati dan jiwa, bukan tuk menjadi seorang yang suci, orang yang hidupnya tanpa dosa, melainkan mencoba mencari apa yang seharusnya dicari dari awal mula diciptakan di dunia fana ini, bukan perkara yang mudah tapi bukan juga perkara yang sulit, dan sang waktu ikut berperan di dalamnya. Bagaikan sebuah kepompong yang mencoba menjadi suatu bentuk kehidupan yang lebih baik dan sempurna serta lebih berguna untuk kehidupan lain di sekitarnya.

Banyak kejadian yang terjadi, dan tak tuli telinga, hasrat ingin berteriak, berbicara, ingin mengucapkan sesuatu tapi tertahan di dalam hati dan pikiran saja, karena terpikir belumlah saatnya.
Lautan kehidupan yang bergejolak, bagaikan ombak yang terus menerus menerjang bibir pantai tak peduli sang surya atau sang purnama yang bertahta, tak peduli apakah kedamaian atau kekacauan yang terjadi di alam sang ombak tetap menyapa bibir pantai dengan mesranya.

Tak terasa jejaring waktu mulai melilit tubuh, bayu yang menyilir kulit telah memberikan kesegaran dan memberikan keleluasaan bagi butiran merah dalam tubuh tuk mengalir melalui pipa-pipa kecil di dalam tubuh rapuh ini. Walau sedikit dan perlahan, kegelapan yang menyelimuti mulai dikuak oleh sang cahya, apakah sang cahya itu yang akan menuntun tuk mendapatkan jalan yang diinginkan ? hanya sang waktu dan Khalik yang bisa menjawabnya.

Ketika keinginan tuk kembali melukiskan keinginan hati dan pikiran dengan kata-kata membuncah, diri mulai tak sanggup untuk melawannya, apakah ini saatnya untuk melepaskan kepompong ? aku tak tahu, dan mungkin tak ada yang tahu sampai sang pengelana waktu ini mencapai suatu titik.

Terima kasih untuk sang permaisuri dan sang pangeran, yang selalu menjaga dengan penuh sayang dan memberikan keteduhan dan kesegaran karena tak mungkin tubuh rapuh ini melakukan semuanya sendiri. Terima kasih pula, kepada alam yang telah memberikan pengajarannya dan pengalaman yang tak dapat dinilai dengan satuan uang manapun di dunia ini, dan juga kepada para sahabat yang dengan sabar trus menyapa di saat semua kekeluan dan kebekuan melingkup diri, dan terutama sang Khalik yang telah melengkapi tubuh rapuh ini dengan akal budi serta hasrat dan pikiran di dalamnya, semoga hamba hina ini tetap mendapat tuntutunan dalam mengarungi perjalanan yang tak tahu sampai dimana akhirnya.

Wednesday, November 01, 2006

Jangan Kau Sombong...

Hai, teman kenapa kau ucapkan terus kata-kata itu ? aku tahu keadaanmu, dan aku tidak terusik karenanya, aku senang dengan dirimu bukan karena keadaanmu.
Aku...walau bukan orang yang memiliki kelimpahan materi tapi lebih dari cukup untuk hidup, tidak pernah mengatakan bahwa aku kaya, tapi kenapa koq selalu mengatakan kepadaku bahwa kau miskin ? apakah kau bangga dengan kemiskinanmu ? atau kau sengaja menarik empati orang lain atau sahabatmu untuk menjatuhkan iba padamu ?
Kemiskinan itu bagi aku adalah hanya sebuah prioritas, tinggal bagaimana orang itu menyikapinya, banyak orang yang kaya harta tapi miskin kasih sayang, karena orang itu menganggap materi lebih penting daripada kasih sayang sehingga ia lebih memilih untuk mencari materi yang banyak dibanding dengan kasih sayang yang bisa ia dapat dengan gratis dan murah. Jika ia memang menginginkan kasih sayang, maka jalan satu-satunya adalah berkonsentasi untuk mendapatkan kasih sayang itu, dan secara tidak langsung mengurangi sedikit prioritas (dan konsentrasinya) untuk mendapatkan materi. Jika kau miskin karena ketidak mampuan dari dalam dirimu, (hm...memang ada orang yang tidak mampu ? aku lebih percaya kalo itu karena KETIDAK MAU-AN dan bukan KETIDAK MAMPU-AN), aku pikir banyak cara agar engkau bisa meminimalisir ketidak mampuan itu bukan ?
Teman, kau memang tidak bermaksud untuk sombong, tapi dengan mengatakan bahwa kau miskin kepada setiap orang dan hampir sepanjang waktu, itu sama saja artinya dengan engkau berbangga kepada kemiskinanmu itu, dan orang yang berbangga terhadap sesuatu dengan berlebih-lebihan adalah kesombongan, menurutku.

Teman, janganlah kau sombong karena kekayaan, tetapi akan lebih menyakitkan apabila kau sombong dengan kemiskinanmu.

Monday, October 30, 2006

Aku Tak Dapat Melihat...

Aku tak dapat melihat, aku buta...indera penglihatanku yang dari dulu aku andalkan ternyata sekarang mengkhianatiku, dia tertidur dan tak mau bangun kembali.
Tapi apakah hidupku kemudian berhenti karenanya ? tidak, hidupku tak berhenti sampai disini, Sang Khalik masih menginginkanku untuk menerima segala tantangan kehidupan di dunia ini.

Aku harus belajar untuk menghadapi semuanya, aku harus belajar melihat semuanya tidak dengan mataku tapi dengan hatiku, dengan perasaanku, dengan sentuhan kulitku, dengan pendengaranku, dengan penciumanku. Aku harus belajar untuk kehilangan keindahan yang tertangkap oleh indera penglihatanku dan harus aku ganti dengan gambar yang ditangkap dari mata hatiku.

Aku harus bisa mandiri, aku harus bisa melakukan semuanya dengan segala keterbatasanku ini, di dunia yang keras ini, aku tidak pernah mengharapkan kalian akan membantuku, aku tidak pernah berharap bahwa kalian akan memberikan bimbingan kepadaku, aku harus belajar untuk melakukannya sendiri.

Mungkin aku memang buta, tapi aku yakin aku bisa melakukan segala sesuatunya tanpa campur tangan kalian, tanpa bantuan kalian, tanpa bimbingan kalian, bukan karena aku sombong, tapi bukankah kalian bukan orang yang senang di repotkan oleh seorang cacat seperti aku ? Aku tahu tidak semua dari kalian setuju, tapi berapa banyak ? apalagi di kota besar seperti ini, aku adalah aku, dan kamu tidak ada urusannya dengan aku, bukankah begitu teman ?

Aku tidak akan merepotkan kalian dan tolong jangan kalian hina aku, aku juga manusia biasa, seperti kalian, aku juga punya perasaan, walaupun mungkin aku bisa lebih sabar dari kalian karena aku sudah merasakan pahitnya kehidupan lebih pahit dari kalian, tapi kesabaranku juga ada batasnya.

Apakah kalian sadar bahwa bahwa apa yang kalian lihat dengan indera penglihatan kalian itu sebenarnya adalah semu belaka, kadang kalian ditipu dengan keindahannya, dari kebutaanku ini aku belajar untuk melihat dengan hati, melihat dengan jiwa, melihat sesuatu yang kadang tersembunyi di balik keindahan yang terpancar dan terlihat oleh mata. Dari situ aku bisa melihat kejujuran yang jujur, kebaikan yang tulus dan keindahan kehidupan yang sebenarnya.

Teman, aku memang buta, tapi aku mensyukurinya karena mungkin ini yang digariskanNya.

Special untuk teman-teman yang kehilangan indera penglihatannya, aku bangga kepada kalian....

Wednesday, October 11, 2006

Sebuah Cerita Kehidupan...

Seorang ibu berprofesi peminta-minta yang berada di sudut lampu merah itu menggendong anaknya yang masih kecil, berjalan mendekati seorang pedagang makanan keliling. Dengan beberapa ratus rupiah sebuah bungkus permen itu berpindah tangan, yang kemudian diberikannya kepada sang anak di gendongan. Sang anak dengan wajah ceria menerima dan kemudian memainkannya tanpa bermaksud memakannya, mungkin karena tidak tahu bagaimana cara membukanya atau memang dia hanya memainkannya. Sang kakak mendekatinya dan mencoba untuk meminta permen itu, tapi sang adik tak memberikannya dan karena kakanya memaksa maka menangislah si kecil.
Sebuah potret nuansa kehidupan manusia di kota metropolitan, sebuah foto yang jelas menggambarkan bagaimana beratnya mengarungi kehidupan ini.

Anak mungil yang tidak seharusnya berada tiap hari di jalanan yang penuh dengan kotoran kimia itu tanpa dapat menolak harus menjalaninya, dia harus bersahabat dengan semua kotoran, debu, motor, dan mobil serta orang-orang yang lewat di lampu merah itu, dia, tanpa pernah mengerti menghirup bulat-bulat semua hal yang di sajikan di depan hidungnya, semua kotoran yang seharusnya di buang oleh kuda-kuda besi itu harus dihirup dan dimasukkan ke paru-parunya yang kecil, harus dialirkan oleh darahnya ke semua sudut bagian tubuh mungilnya. Sebuah cerita sedih yang tak tau kapan akan berakhir.

Sang kakak yang masih berusia 6 tahunan, yang juga tidak seharusnya menemaninya karena bukankah dia sudah cukup umur untuk masuk ke sebuah sekolah ? untuk duduk di bangku kecil dan mendengarkan semua pelajaran yang diberikan oleh sang guru ? bukankah dia sebaiknya bermain di sebuah tanah lapang yang cukup asri daripada harus bermain di pinggiran trotoar jalan ? bukankah dia layak untuk mendapatkan teman-teman yang lebih baik untuk bermain daripada bermain dengan orang-orang yang berumur jauh lebih tua darinya ?

Dan sang ibu, yang menjadi sumber dari segala sumber ini semua, apakah patut disalahkan ? mungkinkah dia dapat meninggalkan kedua anaknya yang masih kecil-kecil itu di rumah, jika mereka mempunyai rumah, sendiri tanpa pengawasan ? mungkinkah dia akan berada di jalanan kalo dia mempunyai suami yang bisa memberikan nafkah bagi keluarga kecil itu ? mungkinkah dia akan "mengorbankan" masa depan anaknya dengan cara seperti itu ? ataukah dia seorang ibu yang malas yang hanya memikirkan jalan pintas untuk mendapatkan uang tanpa memikirkan nasib anak-anaknya ? ataukah dia memang tidak tahu bahwa semua yang dia lakukan itu merusak kehidupan masa depan anak-anaknya ? atau dia memang sudah putus asa dengan semua kemiskinan yang selalu menemani sepanjang kehidupannya ?

Sebuah cerita kehidupan yang selalu berulang dan berulang, kapankah akan usai ?

Terinspirasi dari sebuah kejadian di pagi hari ini di sebuah perempatan lampu merah

Friday, September 22, 2006

Semua Rasa Ini Untukmu

Semua rasa indah yang mengembang di dalam hati
kupersembahkan semuanya untukmu
sebagai suatu tanda, bahwa kuingin yang terbaik untukmu
Tak perlu kau hiraukan semuanya
biarkan semua penghalang pupus menghilang ke dasar bumi
Tak perlu sedih melihat keadaan yang ada,
karena semuanya hanyalah sementara belaka
bagaikan musim yang selalu berganti,
mengarungi lautan waktu
Nantikan matahari yang akan selalu menyinari kehidupan kita,
nantikan sang hujan yang akan selalu menyirami kehidupan kita
Percayalah pada kasih sang Khalik, sebab itu yang akan memberikan kehidupan abadi bagi kita

(sebuah rasa yang datang sekejap dari dalam hati, yang ingin dipersembahkan untuk seseorang disana yang memberikan rasa cinta dan kasih terdalam serta tulus, untuk seorang lelaki bodoh).

Wednesday, September 20, 2006

Sejenak, Kembali Ke Kotamu

esunyian itu kembali menyapaku, tak henti mengalir memasuki bagian terdalam pikiranku yang terus mengembara, terbang ke awang-awang dan tak terhenti sampai menembus suatu batas imaji yang mampu dihasilkan oleh otak kecil manusia.

Godaan itu kembali muncul, bagaikan sebuah foto yang terpotret jelas dalam ingatan, sebuah kota kecil yang damai, sebuah kota yang pernah kusinggahi beberapa waktu silam dan sempat kunikmati keindahannya. Sebuah kota yang diapit oleh pegunungan dan lautan.

Udara yang begitu menyejukkan hati, mendamaikan pikiran dan jiwa, suasana yang menebarkan aroma cinta, membuat kehidupan bagaikan sebuah air yang mengalir tanpa harus ada sesuatu yang mengganggunya. Memberikan kenikmatan yang tak terkira, sebuah candu yang ingin selalu kembali dinikmati. Aroma masakan khas yang menebar hampir di setiap sudut kota memberikan nuansa tersendiri.

Cita rasa seni tinggi yang memancar dari hasil karya sang ahli, mengasah rasa yang sudah tumpul karena aroma perkotaan yang sangat kental mengendap di dalam tiap pembuluh darah.

Kultur budaya kental yang memberikan suasana santai dan kelegaan bagi tubuh yang penat oleh segala hiruk pikuk kehidupan duniawi, sebuah budaya nrimo, yang gampang tuk terucap tapi sulit tuk dimengerti dan dilakukan.

Ingin kembali kesana walau hanya tuk menyapa segala yang ada, membasuh diri yang sudah terlalu kotor dengan asap debu dan kotoran-kotoran yang menempel di tubuh ini, menepi sejenak tuk merenungi sgala hakikat kehidupan. Ingin menikmati sgala apa yang terhirup di jiwa, sekedar mendamaikan dan melegakan pikiran dan jiwa, walau sejenak…

Friday, September 15, 2006

Terima Kasih...

Sentuhanmu menyadarkanku, dari semua lamunan yang membuat aku bagaikan sebuah arca, membisu, tanpa ekspresi.
Kau menarikku kembali tuk mendarat kembali setelah sejenak terbang ke dunia imaji. Bukan, bukan salahmu, kau sama sekali tak menggangguku, memang aku terlena dengan pikiranku sendiri, ku ingin lepas dari segala keruwetan di dunia ini, tapi itu tak mungkin, karena aku masih manusia, ya seorang manusia yang harus tetap menjalani semua jalan yang telah diatur olehNya untuk dilewati, tuk nanti akhirnya mempertanggungjawabkannya di hadapan tahta Sang Empunya Kehidupan.

Semua masalah yang aku hadapi serasa menjadi berkumpul menjadi satu dan serasa menghantam-hantam seluruh tubuhku, lelah, sakit, nyeri, semua rasa ketidak enakan itu serasa menyerang semua bagian tubuhku, tak terkecuali. Semuanya bergumul memenuhi tiap sudut otak kecilku, meminta untuk segera dikeluarkan, bagaikan lahar di gunung merapi sang terus menerus bergelegak dan menanti untuk dilontarkan keluar.

Mungkin aku yang salah, karena segala keruwetan saat ini terjadi karena masalah yang tak terselesaikan dahulu, suatu keruwetan yang kecil dan aku diamkan karena tak aku anggap mengganggu, tapi ternyata menjadi besar dan sekarang membuat segalanya menjadi sebuah bom waktu yang sebentar lagi akan meledak, meluluhlantakkan segala yang ada di sampingnya.

Terima kasih kau telah menarikku kembali ke kenyataan yang harus aku hadapi, kenyataan yang tak mengenakkan tapi harus aku selesaikan. Sebuah rasa kasih yang terpancar dari mata dan sikapmu membuatku menjadi merasa lebih kuat tuk menyelesaikan segala keruwetan ini. Rasa pengertian yang kau tunjukkan benar-benar membuat aku tabah tuk meneruskan kehidupan ini. Rasa damai yang kau siratkan membuat segalanya menjadi lebih ringan, lebih dingin tuk dicari penyelesaiannya.

Terima kasih kau telah hadir dalam kehidupanku, terima kasih kau tetap mau menemaniku di saat sulit ini, terima kasih atas pengertian, dan kasih yang tlah kau berikan, terima kasih atas cinta yang tak pernah henti.
TERIMA KASIH……

(Special for my beloved one yang selalu mendukung aku dalam semua keadaan yang aku jalani sampai saat ini)

Friday, September 08, 2006

Happy Birthday My Blog….

Photobucket - Video and Image HostingBeribu kata tlah tertuang , beratus kalimat tlah terketik dengan rapi sejuta makna tertumpah dari keseluruhan pikiran dan kedalaman jiwa
Untaian kata dan kalimat yang menceritakan kehidupan baik yang nyata ataupun khayalan semata. Tidak semuanya nyata tapi tidak juga semuanya khayalan.

Suasana gembira, sedih, hampa, dan riang jelas menyelimuti rangkaian kalimat yang tertuang.
Keinginan yang kadang timbul tenggelam laksana sebuah perahu yang selalu terombang-ambing oleh gelombang yang mendasarinya.

Usaha yang keras tuk terus berusaha mencari makna dari arti kehidupan dan apa yang terjadi di kehidupan menjadi suatu semangat tersendiri tuk terus tetap mengetikkan huruf demi huruf.

Bagaikan air sungai yang mengalir dengan eloknya, menari-nari mengikuti jalan yang harus ditempuhnya, begitupun sang pikiran menari-nari, mencari-cari kata yang sesuai tuk mencerminkan apa yang mengendap di jiwa dan berkecamuk di sang pikiran. Tak ada niat tidak baik yang ingin di berikan, hanya mengikuti keindahan hati tuk sekedar menciptakan realitas dari khayalan. Khayalan dan kenyataan berbaur menjadi satu membangun suatu alur pemikiran, menciptakan sebuah karya yang diharapkan dapat dinikmati siapa saja yang membacanya, tak perlu pintar, tak perlu berpendidikan tinggi, tak perlu kaya, dan tak perlu terlalu lama mengeraskan otak tuk mencerna semuanya.

Hati, mata dan pikiran menjadi lebih peka dengan sekitar, menandakan pembelajaran diri yang tak henti. Memang baru setahun proses ini berjalan, tapi tlah banyak hikmah yang terserap. Semoga, pembelajaran diri ini akan tetap berjalan seiring dengan perjalanan sang waktu

(SELAMAT ULANG TAHUN BLOGKU, SEMOGA KAU TETAP MEMBERIKAN PEMBELAJARAN YANG BERMAKNA UNTUKKU)

Image Copyright : Michael Jastremski

Thursday, August 31, 2006

Terima kasih, atas cintamu…

Pagi ini serasa sang raja cahya memancarkan kekuasaanya lebih lembut, selembut kehangatan yang menyapa kulit tubuhku, memberikan kesegaran dan rasa nyaman pada tubuh dan jiwa ini.

Ku teringat kemarin saat kau ungkapkan perasaanmu yang terdalam yang kau tujukkan untukku, sebuah perasaan jujur dan suci yang tlah di anugerahkan dari Sang Pencipta untuk mahluk-mahluk ciptaan-Nya.

Betapa rasa hangat, nyaman, bahagia, dan haru bercampur menjadi satu memenuhi seluruh sisi rongga hatiku, membuat pikiranku bagaikan di letakkan di lemari pendingin yang membekukan, serasa jiwa meninggalkan raga ini ‘tuk sekedar melompat meloncat dan berlari dan menari di angkasa, merayakan kebahagiaan ini, menikmati rasa yang kemudian menjalar ke tiap seluk tubuhku.

Sayang, cinta yang kauberikan kepadaku bagaikan sebuah pelukan hangat di waktu rasa dingin menyerangku, bagaikan sebuah cahaya dimana kekelaman menderaku, bagaikan sebuah oase di tengah kedahagaanku.

Kasih, terima kasih atas rasa sayang yang kau curahkan tak hentinya, rasa itu benar-benar tlah menyembuhkan segala duka yang pernah bersemayam di dalam hatiku ini, rasa sayangmu telah membuat aku merasa bahwa kehidupanku ini menjadi jauh lebih baik dengan adanya dirimu.

Tanganmu yang selalu menggenggam tanganku memberikan rasa teduh yang tak terhingga, sehingga aku merasa semakin kuat untuk menjalani kehidupan ini.
Kekasihku, masih panjang jalan yang harus kita tempuh berdua, masih banyak cobaan yang akan menyertai kehidupan cinta kita ini, tapi yakinlah selalu pada cinta kasih yang tlah bersemayam di hatiku dan hatimu, mari kita pupuk tanaman cinta yang tlah tumbuh di hati kita, jangan biarkan cinta ini mati sebelum cita-cita suci kita tercapai, berikanlah selalu kesegaran padanya sehingga menjadi berkembang dan memenuhi seluruh darah yang mengalir dalam tubuh ini.

“Bapa, terima kasih atas anugerah yang tlah kau berikan kepada kami, terima kasih karena Kau mau membantu kami menyuburkan tanaman cinta yang tlah tumbuh, kami mohon agar Kau mau membantu kami menjaganya sampai akhir hayat kami, sampai kau panggil kami ke dalam kerajaanMu. Amin.”
(Special for Sherly dan teman-teman yang telah “menemukan” cintanya)

Wednesday, August 23, 2006

Sepenggal Cerita Sedih....

Wajah mungil dan lucu itu berubah sayu, matanya yang biasanya bening dan memancarkan cahaya kegembiraan sekarang mendadak sendu bagai matahari yang tertutup awan tebal. Tanggannya yang biasanya tak berhenti bergerak sekarang tergolek bagaikan dahan patah. Bau ruangan yang tidak mengenakkan karena bercampur dengan bau obat-obatan dan pewangi lantai yang cukup menyengat. Anak kecil itu mengalami ketidaknormalan di bagian tubuhnya yang membuat dia tidak dapat beraktifitas lagi dan harus rela untuk selalu berteman dengan tempat tidur dibanding dengan anak-anak sebayanya.

Bukan, ketidaknormalan itu bukan karena ulahnya, tetapi merupakan "rencana" dari Sang Kuasa, yang tidak dapat dielakkan dan tak dapat ditolak.

Sebagai manusia yang lemah, rasa duka menjalar dalam seluruh hati, pori tubuh melebar melihat kenyataan yang terbias di mata, dan air dari dalam mata tak kuasa terbendung dan meleleh jatuh melewati setiap lekuk pipi tuk kemudian jatuh ke tanah dan hilang tak berbekas.

Anak itu tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya, dia tidak tahu bahwa sebentar lagi dia akan menghadapi pembantu Sang Khalik yang bertugas untuk berusaha menyelamatkan hidupnya, dia tidak tahu bahwa sebentar lagi tubuh mungilnya akan di dera dengan pisau-pisau kecil yang tajam dan mengkilap dan siap membelah tubuhnya yang mulus dan bersih itu.

Diantara kedukaan sang kecil, ayah bundanya juga mengalami kedukaan yang tak kalah hebatnya, rasa sayang menjadi alasan utama, dimana saat pemikiran bagaimana menyelamatkan jiwa sang kecil, pemikiran lainnya mengharuskan mereka untuk mencari cara bagaimana memberikan sejumlah uang kepada rumah sakit dan dokter yang melakukan pembedahan itu, karena biaya pengobatan itu bagaikan membeli sebuah langit bagi mereka.

Tapi Sang Khalik memutuskan lain, di saat semuanya sedang terkungkung dalam pemikiran-pemikirannya sendiri, ternyata sang bocah tanpa meninggalkan pesan sesuatupun pulang ke rumah Sang Pemberi Hidup. Ya, dia pulang ke rumahnya yang abadi dimana penyakit dan segala kefanaan tak ada disana, dimana kebahagiaan menjadi santapan sehari-hari dan kedamaian selalu memeluk dengan erat.

Selesailah sebuah cerita kehidupan seorang anak manusia yang belum mengenal apa arti dosa yang belum mengerti apa yang baik dan apa yang salah.

Semoga rasa kehilangan itu tak akan lama mengendap di dalam hati pengasuh sementara sang bocah, semoga rasa sedih cepat pupus dan diganti dengan rasa pasrah, dan tawaqal kepada Sang Pemberi Hidup.

(Untuk Safitri yang tlah meninggalkan dunia fana ini, semoga Bapa di Surga memberikan tempat di sisi kananNya dan memberikan ketabahan untuk orang-orang yang ditinggalkannya)

Wednesday, August 16, 2006

MERDEKA !!!

Photobucket - Video and Image Hosting

Wednesday, August 09, 2006

Semoga...

Seorang bocah duduk sendiri, kakinya yang tak begitu panjang bergerak-gerak, menendang-nendang plastik atau apapun yang melintas di dekat kaki kecil itu karena tertiup angin.

Wajahnya yang kuyu, dan pakaian yang agak kumal menutupi tubuh kecilnya, kulitnya kehitaman terkena terik matahari dan debu jalanan dari kuda-kuda besi yang melintas. Sambil ditangannya memegang sebuah gelas plastik yang sudah tak utuh bentuknya.

Bocah itu, paling banyak umurnya baru 8 tahun, tapi hari dimana dia seharusnya duduk di bangku dalam sebuah kelas dan berhadapan dengan seorang guru, saat ini di malah duduk di pinggiran trotoar dan berhadapan dengan mobil dan motor yang membuang lembah kimia seenaknya di bumi ini.

Sudah sekian tahun, bocah cilik itu selalu berada di perempatan itu untuk membantu kehidupannya dan orang tuanya, ayahnya hanyalah seorang pemulung sampah sedangkan ibunya menjadi penjaja makanan ke kampung-kampung sudut kota ini, sedangkan dia menjadi pengemis jalanan, dan adiknya menjaga adiknya yang paling kecil di rumah.

Bocah itu bukanlah anak yang tidak mau sekolah, tapi apa yang bisa diharapkannya dari kehidupan di kota yang keras ini ? untuk hidup cukup saja dibutuhkan banyak sekali pengorbanan, dia harus bangun pagi untuk membantu ibunya menyiapkan segala makanan yang akan dibawanya berjualan. Setelah itu dia harus pergi ke tempat mangkalnya, karena tempat itu akan ramai saat orang-orang kantoran berangkat bekerja, dan saat itulah kemungkinan terbesar bagi dia untuk dapat menambah penghasilan orang tuanya agar dapat digunakan untuk kehidupan mereka sekeluarga.

Bocah itu adalah salah satu potret kehidupan di kota yang keras ini, sebuah potret realitas kehidupan orang-orang yang tersisih dari kegemerlapan kota. Sebuah potret yang mau tak mau harus kita lihat dalam keseharian.

Siapakah yang bertanggung jawab dengan kondisi ini ? apakah orang tuanya, karena mereka tidak punya pengetahuan dan pendidikan yang cukup sehingga membuat keluarga mereka berada dalam kondisi seperti itu ? atau pemerintah yang tak dapat membiayai mereka yang berada dalam garis kemiskinan ? ataukah kita, manusia yang tiap hari berjumpa dengan mereka dan mengetahui dengan jelas raut wajah, tubuh dan baju yang mereka pakai ?

Mungkin sudah saatnya kita merenung tuk sekedar menepi dari rutinitas kehidupan kita ini sehingga kita bisa lebih menjadi manusia dibandingkan waktu sebelumnya….Semoga…

Monday, August 07, 2006

Cinta, jangan pergi…


Wahai cinta, bagaimanakah kabarmu ?

Lama tak kau sentuh hatiku dengan kehangatanmu

Cinta, mengapa kau tinggalkan hati ku ?

Sehingga menjadi gelap dan dingin



Cinta,

sejak kau tinggalkan aku

Rasa dingin menjalar di relung-relung sudut hatiku

Membuat kebekuan dalam rasa



Cinta,

dengan tiadanya engkau

Benci dan amarah mulai meraja di hatiku

yang menjadi sebab kehancuran sekelilingku



Cinta,

Kau telah lihat sendiri

Karena kau tak ada, maka dunia ini penuh dengan angkara

oleh orang-orang yang kau tinggalkan



Cinta,

Kembalilah kepada kami

Hangatkan jiwa dan hati kami

Janganlah kau pergi lagi



 

Wednesday, August 02, 2006

Damai, kurindukan...

Mataku tiba-tiba tertuju pada sebuah gambar yang terpampang dalam sebuah situs berita, dimana gambar itu menampilkan dua orang anak perempuan kecil yang diletakkan dalam sebuah gerobak pasir tapi dengan mata meram, dan disitu tertulis bahwa anak perempuan itu adalah dua orang dari korban agresi sebuah negara kepada negara lainnya.

Apa salah anak-anak itu sehingga menjadi korban perang ? hm…korban perang ? kelihatannya akan lebih tepat jika disebut korban keegoisan, bukankah perang terjadi karena masing-masing negara dan pihak lebih mempertahankan keego-annya dibanding berpikir untuk kedamaian yang diidam-idamkan oleh orang waras yang hidup di dunia ini ?

Hanya karena masalah “kecil” (dan tentu saja kepentingan politik), manusia dapat dengan mudah mengambil jiwa manusia lainnya tanpa ada hukum yang mampu menjamahnya, mungkin sang Pencipta sendiri yang bisa menghukum mereka.

Mengapa manusia harus melakukan hal seperti ini ? bukankah mereka itu adalah orang - orang pintar ? orang - orang yang makan sekolahan ? orang - orang yang telah dibekali dengan pelajaran moral ? orang - orang yang seharusnya telah dewasa dalam segala tindakan mereka ?
Manusia-manusia itu seperti anak-anak kecil yang bisanya mengumbar nafsunya, mengumbar segala kemarahan yang ada dalam hati dan pikirannya tanpa pernah mau berpikir akan semua konsekuensi perbuatannya itu.
Buat apa ada sekolah ? buat apa ada ajaran-ajaran agama ? buat apa ada buku - buku tentang pelajaran moral jika manusia dewasa tetap melakukan semua itu ?

Apakah perlu Sang Pengadil itu turun tangan sendiri ? untuk membuat semua di dunia ini menjadi damai dan sejahtera seperti yang diinginkanNya pada saat mencipta semua ini ?

Kurindukan semua kedamaian itu, sebuah rasa yang sangat mahal untuk kondisi dunia sekarang ini, sebuah rasa yang sulit ditemukan dalam kondisi masyarakat sekarang ini, sebuah rasa yang hanya ada dalam mimpiku dan beberapa teman-temanku, akankah semua itu akan terwujud suatu hari nanti ?
Sekarang yang dapat kulakukan adalah memberikan damai pada orang-orang yang ada di sekitarku dan berharap orang-orang di sekitarku itu akan juga memberikan damainya kepada orang-orang di sekitarnya. Semoga damai ini bisa menyebar ke seluruh semesta.

Someday
When we are wiser
When the world’s older
When we have learned
I pray
Someday we may yet live
To live and let live

Someday
Life will be fairer
Need will be rarer
And greed will not pay
God speed
This bright millennium
On its way
Let it come
Someday



(OST Hunchback of NotreDame)

Tuesday, July 18, 2006

Surat kepada Sang Khalik

Sang Khalik sang empunya Bumi dan seisinya,

HambaMu ini ingin bertanya kepadaMu, mengapa Kau berikan pencobaan yang sangat berat dan tak henti-hentinya untuk ciptaanMu yang hidup di negeri yang seharusnya kaya dan makmur ini ? Apakah kami telah membuatMu sedih dan membuatMu marah ? ataukah memang ini sekedar pencobaan yang kau berikan kepada kami agar kami menjadi mahluk ciptaanMu yang semakin tegar atau apakah semua ini sebagai peringatan untuk kami agar semakin mendekatkan diri kepadaMu ?

Bencana-bencana alam yang terjadi benar-benar meruntuhkan egoisme kami, benar-benar membuat kami sedih karena kehilangan harta dan saudara-saudara yang kami cintai. Dari bencana Tsunami di Aceh, yang meluluhlantakkan segala sesuatu yang berada di Serambi Mekah, kemudian bencana kelaparan yang terjadi di beberapa daerah, gempa besar yang terjadi di daerah Jogjakarta, kota pelajar dan indah itu, harus kehilangan sebagian keindahannya, dan yang barusan terjadi, gempa yang menewaskan lebih dari 100 orang saudara kami di Pangandaran.

Kami sadar bahwa kami adalah mahluk ciptaanMu yang sangat lemah, yang hanya bisa berkuasa terhadap diri sendiri, dan tak berkuasa terhadap apapun, apalagi terhadap alam ciptaanMu yang maha besar, di bandingkan dengan segala ciptaanMu, kami ini hanyalah serpihan debu yang sedang melayang-layang dalam dunia fana, yang akan terbang ke kiri atau kanan bila ada yang angin meniupnya.

Sang Khalik, beritahukanlah kesalahan kami, jika kami memang bersalah, jangan hukum kami dengan cara seperti ini, banyak airmata dan kesedihan yang tertumpah, banyak kehilangan yang kami rasakan. Kami berharap bencana Pangandaran ini adalah cobaan terakhir yang Kau berikan kepada kami, sehingga tak ada lagi curahan air mata dari orang-orang yang masih tertinggal di dunia fana ini. Sang Khalik, maafkanlah segala hal yang membuat Kau tidak senang dengan kami, maafkanlah kami, karena kami khilaf sehingga mudah tergoda dengan semua kesenangan duniawi yang tercipta, kami lupa bahwa segala sesuatu itu hanyalah fana belaka.

Sang Khalik, sembah sujud dan puji dan rasa sesal dari hati yang kami haturkan dalam kejujuran jiwa yang paling dalam, kami hunjukkan hanya kepadaMu, semoga ini semua mampu membuat Engkau memaafkan segala kesalahan kami dan memberikan kami penghidupan yang layak dan kebahagiaan dalam kehidupan kami yang tidak akan lama lagi ini.

Sang Khalik, maafkan dan bantulah kami selalu.

Amin.

Dari hambaMU,

Penghuni negeri Indonesia

NB : Ikut Berbela Sungkawa kepada korban gempa Pangandaran

Thursday, July 13, 2006

Anakku, aku sayang padamu…(sebuah tanggapan)

Anakku,walau hidup kita serba kekurangan,

kadang kita hanya makan 1 kali sehari bahkan kadang sebungkus nasi kita makan bersama ibu dan adik-adikmu

tapi engkau tetap tak mengeluh, bahkan engkau selalu menyambut aku saat aku pulang dari kerja



Anakku, aku bahagia memiliki anak sepertimu,

walau ayahmu ini hanyalah pemulung sampah, tapi kau tetap memberikan hormat kepadaku

engkau tidak merasa malu atas pekerjaan yang aku kerjakan, bahkan engkau mau menemaniku untuk bekerja di saat

waktu libur sekolahmu



Anakku,

aku bahagia karena engkau adalah anakku,

disaat anak lain meminta dan merengek orang tuanya untuk dibelikan main,

engkau malah menjawab “tidak, ayah” saat engkau kuberikan mainan bekas yang masih bagus yang ku dapat dari tempat sampah.

Aku tahu bukannya engkau tidak mau, tapi engkau tidak mau karena mainan plastik itu akan lebih bernilai jika dijual,

karena dengan itu kita akan dapat membeli makan.

disaat anak lain tak bersemangat untuk belajar, engkau ditemani dengan lampu yang aku rasa masih kurang cukup untuk

menerangi buku yang kau baca tetap bersemangat untuk mempersiapkan masa depanmu.



Anakku, aku sayang padamu



 

Wednesday, July 05, 2006

Ayah, aku bangga padamu….

Ayah, betapa giatnya kau bekerja, seakan-akan tak mempedulikan waktu dan tenaga yang kamu miliki. Aku tahu, bahwa kita bukanlah keluarga yang berkecukupan.
Lampu penerangan di rumah kita ini hanya 5 watt dan itu pun hanya 2 buah, memang rumah kita tidak besar, tapi nyatanya cukup untuk menampung kita berlima, iya, ayah, ibu, aku dan 2 adikku.
Rumah kita hanya menggunakan dinding tripleks, tapi aku rasa cukup nyaman bagi kita untuk tinggal di dalamnya.

Ayah, aku bersyukur, walau kita dalam kondisi kekurangan, tapi kau tetap bisa menyisihkan penghasilanmu untuk membayar SPP sekolahku dan adik-adik. Aku tahu bahwa SPP ku tidak mahal, tapi bagi keluarga kita, jumlah itu tetaplah memberatkan. Aku ingat nasihatmu, bahwa pendidikan adalah yang nomer satu, karena dengan pendidikan aku akan menjadi anak yang cerdas, anak yang mampu untuk bersaing dengan anak-anak lainnya sehingga kehidupanku akan lebih baik di masa yang akan datang.

Ayah, disaat aku libur ini, aku ingin sekali menemanimu, tuk sekedar mengetahui apa yang kau kerjakan, aku ingin sekali merasakan apa yang kau telah kerjakan, mencari botol plastik dalam gunung sampah, mencari kardus-kardus bekas, menjadi buruh bangunan atau apapun pekerjaan halal yang dapat menghasilkan sedikit uang untuk mencukupi kebutuhan keluargamu.

Ayah, sekarang ku tahu betapa berat beban hidupmu, untuk memenuhi segala kebutuhan hidup keluarga kita, dan aku bahagia karena memiliki ayah seperti mu yang bertanggung jawab terhadap keluarga, yang mau mengorbankan segalanya untuk keluargamu dan yang memberikan kasih sayang sepenuhnya kepada keluargamu.

Ayah, aku bangga padamu….

Tuesday, June 27, 2006

Aku Lebih Waras

Kalian sebut aku gila, orang yang memiliki penyakit jiwa yang sepantasnya tidak hidup dalam satu lingkungan dengan kalian yang mengaku orang waras. Ya, memang aku gila dan aku menikmati kegilaanku itu, karena aku tidak mempunyai pilihan untuk tidak menjadi gila.

Memang, kadang-kadang aku berjalan dengan kepolosanku di jalanan yang penuh dengan asap debu dan polusi yang kalian tebarkan sebagai orang waras yang pintar dan mengerti tentang arti kebersihan.
Tapi, kalian cela aku karena kadang memakai pakaian yang kumal yang mungkin kalian anggap hanya cocok untuk menjadi kain pel di rumah kalian, kalian tahu apa tentang aku ? kalian yang mengaku kaya ternyata tidak mau memberi aku pakaian yang pantas aku kenakan, dan bahkan beberapa dari kalian malah memalingkan muka untuk menghindari aku, aku tau bahwa kalian bukan malu melihat kepolosanku tapi jijik melihat aku yang seperti daging busuk dalam tong sampah kalian.

Kepolosanku adalah kepolosan yang tidak aku buat-buat, bukankah manusia lahir dalam kepolosan ?
Dan aku kira tidak akan ada orang yang bangkit nafsunya dengan melihat kepolosanku kecuali mungkin orang yang memiliki penyakit seperti aku.
Setidaknya aku lebih jujur kepada kalian, daripada kalian orang waras yang kadang berlaku munafik, yang sering memakai topeng dan baju bersih untuk menjadi malaikat yang kelihatan tak bersalah untuk kemudian menyakiti dan menghina sesama kalian.

Dalam kegilaan aku menjadi orang paling waras yang hidup di bumi ini, lihatlah bahwa dunia semakin menjadi gila, anak memperkosa ibunya, bapak membunuh anaknya, istri membunuh suaminya. Aku ? seandainya aku melakukan itu karena
aku tidak sadar akan perbuatanku, ingat….bahwa aku gila seperti yang kalian bicarakan,
tapi kalian yang mengaku lebih normal dari aku, melakukan semua itu dengan “kesadaran” kalian.

Hm…ternyata aku sebagai orang gila, jauh lebih waras daripada kalian yang mengaku waras

Inspired : saat melihat orang yang tidak menggunakan sepotong kainpun di tubuhnya dan berlari-lari di jalan

Wednesday, June 14, 2006

Kembali menjadi manusia sesuai citraNya

Duduk terdiam, merasakan ketenangan yang menyusup dalam tubuh
Mencoba tuk mengurai benang-benang kehidupan
yang semakin lama semakin menjadi jaring yang melilit tubuh ini

Terbayang masa lalu yang kelam, sekelam malam yang menyapa
Tuk apa lahir di dunia ini ?
apakah hanya sekedar sebagai kafilah yang berlalu dan tak meninggalkan apa-apa ?

Untuk apa sang Khalik menghembuskan nafas kehidupan Nya ke dalam tubuh ini ?
Hidup selaras dengan citraNya, mungkinkah sanggup tuk dilaksanakan ?
Tapi bukankah itu bukan merupakan sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan yang harus dilakukan sebelum tubuh kembali menjadi debu.

Cinta kasih yang diajarakanNya tuk jadi dasar kehidupan, kadang hilang dalam hati dan pikiran
Hanya cinta kepada diri sendiri yang selalu menjadi raja dalam setiap perbuatannya
Bukankah sebaiknya manusia kembali ke hakekatnya ?
Kembali kepada hakekat yang tlah digariskan sang Pemberi Hidup untuknya

Sebagai mahluk yang paling pintar dari semua mahluk ciptaan-Nya
tetapi tidak menggunakannya untuk membodohi manusia lainnya
Sebagai mahluk yang paling bermoral diantara mahluk lainnya
tapi tidak menjelekkan dan merusak moral manusia lainnya
Sebagai mahluk yang mempunyai perasaan dan cinta yang paling besar diantara mahluk lainnya
tapi tidak mengatasnamakan cinta untuk semua hal yang dilakukannya


Allah, jadikan aku manusia seutuhnya, yang selalu mendengarkan ajaranMu
dan menjadi mahluk yang sesuai dengan citraMu serta menjadi manusia yang penuh kasih tanpa mementingkan diri sendiri

Tuesday, May 30, 2006

Saudaraku….

Mataku tiba-tiba tertatap tajam
melihat text yang berjalan di bagian bawah televisiku
Jantungku serasa berhenti berdetak
namun setelah itu berdegup dengan sangat kencang

Kota indah itu tlah porak-poranda,
bukan…bukan karena ulah manusia,
tapi karena alam yang menggeliat
ya karena geliatan alam

Dinding itu meretak…atap-atap dan isi rumah berjatuhan
saudara-saudaraku yang masih beristirahat dengan tenangnya
tiba-tiba harus berloncatan terbangun
dan lari keluar dari peraduannya

Kasihan kaki-kaki kecil itu,
mereka harus mengikuti langkah orang tuanya untuk menghindarkan diri
kasihan kaki-kaki rapuh itu,
yang terhuyung-huyung untuk sekedar mencari tempat yang aman

Tapi…
ribuan saudara harus berpulang
puluhan ribu terluka
tak sempat tuk menghindar

Suara tangis dan jeritan perih terdengar
sebagai penghilang ngilu dan sakit karena luka menganga di tubuh
sebagai pengungkap kesedihan karena terpisah dari orang-orang tercinta
sebagai pengungkap rasa sebagai manusia lemah tak berdaya

Suatu pemandangan yang membuat mata berkaca-kaca dan hati tercabik-cabik
tapi disini, ribuan kilo dari sana ku berada,
hanya sebuah doa dan sedikit bantuan yang dapat ku berikan
semoga bisa mengurangi sedikit penderitaan yang terasa disana


Untuk saudara-saudaraku di Jogja, semoga diberi kekuatan dan ketabahan untuk menerima segala kondisi yang ada.

original post : 29 Mei 2006

Tuesday, May 23, 2006

Aku, Lelaki ...

Kelu lidahku, tak sanggupku mengatakannya...
Otakku terasa membeku, tak lagi mampu tuk berpikir
Tuk menyatakan segalanya untukmu

Aku bukan lelaki romantis, yang bisa menyatakan perasaan hatinya dengan terbuka
Aku bukan lelaki yang pintar merayu, yang biasa merangkai kata-kata indah
Aku bukan lelaki yang dapat membuat engkau merasa melayang di awang-awang
Aku bukan lelaki yang bisa memberikan segala kebutuhan hidupmu

Tapi, aku adalah lelaki yang akan menyayangimu, sampai jiwa meninggalkan raga
Dan aku adalah lelaki yang akan berusaha melindungimu dari segala kebusukan dunia
Dan aku adalah lelaki yang akan berusaha membahagiakanmu dalam usia hidupmu
Dan aku adalah lelaki yang akan mencintaimu dengan segala yang aku miliki

original posted : 19 Mei 2006

Keputusan

Seorang anak kecil, sambil berjalan terseok-seok, di tengah teriknya matahari yang sedang memancarkan kekuatannya sekaligus kasihnya ke bumi ini.
Dia, membawa sebuah gelas plastik bekas, mengasongkannya kepada setiap pengendara motor dan mobil yang berhenti di perempatan jalan sambil menunggu lampu hijau.
Anak itu tidak sendiri tapi bersama beberapa temannya, dan hebatnya lagi, mereka seperti punya perjanjian mana 'bagian' mereka untuk dimintai dan mana 'bagian' temannya.
Aku yang juga sedang berhenti, memperhatikan mereka, dan salah satu anak itu mendekati ku sambil mengasongkan gelas bekas itu yang sudah berisi beberapa keping uang.
Dia tidak berbicara hanya matanya yang memandangku, dengan tatapan yang memelas...
Aku menggoyang-goyangkan tanganku, sambil berkata 'lainnya saja...'
Setelah lampu menjadi hijau, aku menjalankan motorku lambat-lambat. Di pikiranku masih tergambar dengan jelas, tatapan matanya, tatapan mata yang meminta untuk dikasihani....
Apakah keputusanku untuk tidak memberikan 'sedikit' uang kepada mereka sudah benar ?

Sekilas pikiranku teringat sebuah berita di tv yang menceritakan kehidupan mereka, dimana mereka hanya dipergunakan oleh seseorang untuk mencari uang, anak-anak itu dijadikan 'sales' mereka untuk mendapatkan kekayaan. Sungguh biadab memang kedengarannya, tapi itulah kehidupan dunia, yang kuat yang akan memang.
Bagiku memberi mereka uang yang sebenarnya untuk membantu mereka, tapi malah membantu para 'bosnya' untuk menjadi semakin kaya, ya walau yang aku beri juga tidak akan terlalu besar, tapi sama saja judulnya tetap membantu si bos, bukan membantu si bocah.
Tapi bagaimana, jika si bocah memang bekerja untuk dirinya sendiri, alias dia memang meminta-minta untuk mencukupi kebutuhannya sendiri dan bukan untuk organisasi atau genk atau bos, seperti yang aku pikirkan ? jika semacam itu, berarti aku bersalah karena tidak membantunya.....
Pemikiran itu terus menerus berulang, dan sampai sekarang akupun tidak menemukan jawabannya, karena aku tak tahu mana yang benar, ini bukan masalah hati nurani atau bukan, karena hati nurani pasti akan mengatakan untuk memberi sedangkan otak sebagai tools penimbangnya, tetapi tetap harus diambil keputusan apakah akan memberi atau tidak.
Karena keputusan adalah sebuah keputusan, kita tidak tau efeknya sampai suatu waktu yang akan datang.

original posted : 16 Mei 2006

Seorang anak kecil, sambil berjalan terseok-seok, di tengah teriknya matahari yang sedang memancarkan kekuatannya sekaligus kasihnya ke bumi ini.
Dia, membawa sebuah gelas plastik bekas, mengasongkannya kepada setiap pengendara motor dan mobil yang berhenti di perempatan jalan sambil menunggu lampu hijau.
Anak itu tidak sendiri tapi bersama beberapa temannya, dan hebatnya lagi, mereka seperti punya perjanjian mana 'bagian' mereka untuk dimintai dan mana 'bagian' temannya.
Aku yang juga sedang berhenti, memperhatikan mereka, dan salah satu anak itu mendekati ku sambil mengasongkan gelas bekas itu yang sudah berisi beberapa keping uang.
Dia tidak berbicara hanya matanya yang memandangku, dengan tatapan yang memelas...
Aku menggoyang-goyangkan tanganku, sambil berkata 'lainnya saja...'
Setelah lampu menjadi hijau, aku menjalankan motorku lambat-lambat. Di pikiranku masih tergambar dengan jelas, tatapan matanya, tatapan mata yang meminta untuk dikasihani....
Apakah keputusanku untuk tidak memberikan 'sedikit' uang kepada mereka sudah benar ?

Sekilas pikiranku teringat sebuah berita di tv yang menceritakan kehidupan mereka, dimana mereka hanya dipergunakan oleh seseorang untuk mencari uang, anak-anak itu dijadikan 'sales' mereka untuk mendapatkan kekayaan. Sungguh biadab memang kedengarannya, tapi itulah kehidupan dunia, yang kuat yang akan memang.
Bagiku memberi mereka uang yang sebenarnya untuk membantu mereka, tapi malah membantu para 'bosnya' untuk menjadi semakin kaya, ya walau yang aku beri juga tidak akan terlalu besar, tapi sama saja judulnya tetap membantu si bos, bukan membantu si bocah.
Tapi bagaimana, jika si bocah memang bekerja untuk dirinya sendiri, alias dia memang meminta-minta untuk mencukupi kebutuhannya sendiri dan bukan untuk organisasi atau genk atau bos, seperti yang aku pikirkan ? jika semacam itu, berarti aku bersalah karena tidak membantunya.....
Pemikiran itu terus menerus berulang, dan sampai sekarang akupun tidak menemukan jawabannya, karena aku tak tahu mana yang benar, ini bukan masalah hati nurani atau bukan, karena hati nurani pasti akan mengatakan untuk memberi sedangkan otak sebagai tools penimbangnya, tetapi tetap harus diambil keputusan apakah akan memberi atau tidak.
Karena keputusan adalah sebuah keputusan, kita tidak tau efeknya sampai suatu waktu yang akan datang.

original posted : 16 Mei 2006

Tuesday, May 09, 2006

Aku lakukan untuk kalian semua

Tidak, aku tidak jahat kepada kalian
Aku sudah memberitahu kapan aku akan mengeluarkan isi perutku
Sehingga kalian bisa bersiap-siap
Tapi, kadang kalian merasa egois
Kalian lebih menyayangkan harta benda kalian dibanding dengan jiwa kalian sendiri
Saat ada saudaramu yang memintamu untuk pindah sementara di tempat yang aman
kalian dengan keras kepala menolaknya.
Aku tahu bahwa kalian hidup nyaman bersamaku selama beberapa waktu ini
tapi memang sudah waktunya aku mengeluarkannya
bukan semata-mata untukku sendiri
tapi ini juga untuk kebutuhan kalian,
tahukah kalian bahwa setelah laharku dingin dan membeku
dapat kalian tanami dengan tanaman, dan apakah kalian tahu,
bahwa kesuburannya akan jauh melebihi kesuburan tanah yang kamu miliki sekarang ?

Tidak, aku tidak egois
aku melakukan ini semua untuk kalian, untuk bumi ini juga
untuk kehidupan kalian, agar kalian lebih makmur.

Aku menyayangi kalian, seperti aku menyayangi bumi ini, karena aku adalah bagian dari semesta alam ini, karena aku adalah Merapi.

Thursday, April 20, 2006

Ketika Pilihan Bukan Lagi Pilihan

Ketika pilihan tak lagi menjadi pilihan,
yang ada hanya keharusan untuk melakukannya,
bukan karena tak ada pilihan
tapi karena tak ingin melihat dan merasakan akibatnya

Hanya keteguhan jiwa,
hanya kekuatan pikiran
hanya kemauan keras
yang akan menjawabnya

Apakah akan lahir suatu pengetahuan baru dan pembelajaran diri
ataukah kehancuran semangat dan tenggelamnya kemauan
yang akhirnya akan menang ?

Wednesday, March 29, 2006

The Other Side

"Kamu jahat"
"Lo, khan emang aku jahat. Bukankah kalo jahat itu umurnya panjang ? lihat aja orang-orang yang kamu anggap jahat
di sekitarmu, mereka berumur panjang khan ? dan berhubung aku masih suka junk food - junk food ya aku mau jadi orang jahat aja..."

"Kenapa kamu bilang aku jahat ? aku tidak mengajak orang lain untuk berbuat seperti aku koq, bukannya setan
kamu sebut jahat karena dia mengajak semua manusia untuk melakukan sesuatu yang sama seperti yang dia lakukan ? aku
nggak koq."

"Dan seandainya aku jahat, kamu kira berbuat jahat lebih gak enak ?
kamu tau ngak kalo kamu berbuat jahat, kamu gak perlu pikirin orang lain, kamu bisa melakukan sesuatu yang kamu inginkan,
tanpa kamu harus mempertimbangkan apakah apa yang kamu lakukan itu akan merugikan orang lain atau tidak.
Coba kalo kamu menjadi orang baik, kamu harus pikirin apakah tindakan kamu akan merugikan
orang lain, apakah tindakan kamu akan menyakiti orang lain, apakah tindakan kamu akan membuat orang lain menderita, kamu
harus pikirkan itu semua.
Selain itu dengan jadi jahat, akan lebih menyenangkan, karena aku bisa tertawa walau orang lain kesusahan, apa pedulinya
dengan aku ?, sudah seringkali aku diperlakukan seperti itu, dan aku kira ini saatnya untuk membalas perlakukan seperti itu.
Orang lain sering memperlakukan aku dengan sewenang-wenang, kenapa aku tidak boleh memperlakukan orang lain seperti yang
pernah mereka lakukan kepada aku ?"

"Dengan jadi orang jahat
dan kemudian kamu berubah jadi orang baik, akan lebih baik daripada sebaliknya khan, dari orang
baik malah jadi jahat ?, dan lagi orang lain akan lebih menghargai orang yang bertobat dari pada orang yang menjadi jahat
bukan ?, so kenapa harus jadi orang baik ?"

sebuah pemikiran liar dari seorang anak manusia

Friday, March 24, 2006

Sometimes

sometimes you dont know what you want to do,
sometimes you dont know what you are looking for,
sometimes you dont know what you need,
but life is a journey,
you must know,
the only you need is time....

ps : sebuah postingan dari blog lamaku, sebuah puisi singkat tapi sangat aku suka.

Monday, March 13, 2006

Nasihatku Untukmu

Anakku,
Usiamu tlah beranjak dewasa
Inilah masa-masa tantangan terbesar di hidupmu
masa-masa dimana pengakuan diri sedang kau cari
bagi dirimu sendiri maupun untuk orang di sekitarmu

Anakku,
Masih sangatlah panjang jalan yang harus kau jalani,
janganlah terburu nafsu terhadap semua yang kau hadapi,
ku tahu bahwa diusiamu, emosi masih jadi raja di hati dan pikiran,
berusahalah untuk tetap tenang dalam menghadapi semuanya

Anakku,
Banyak hal yang akan kau alami,
hal yang sesuai dengan kehendakmu dan yang tidak sesuai
Tapi bersikap tenanglah, karena tak semuanya bisa kau selesaikan sendiri dan dengan waktu yang singkat
Semuanya itu akan butuh waktu agar kau dapat memahaminya

Anakku,
Kau harus kuasai emosi yang ada dalam pikiran dan hatimu,
jangan sampai kau dikuasai olehnya.
Ingatlah, bahwa apa yang kau lakukan, akan selalu ada akibatnya.
Dan jika kau salah melangkah, kamu mungkin akan kehilangan semua impianmu.

Anakku,
Ingatlah pesan ayahmu ini
hanya nasihat seperti ini yang bisa aku berikan kepadamu, lain tidak
semoga engkau mendapatkan yang terbaik untuk hidupmu
dan engkau memperoleh kebahagiaan selalu


inspired by : Father and Son - Boyzone

Friday, March 10, 2006

Yang Terhormat

Hanya sebuah pikiran dari seorang manusia, yang ingin mencoba menyuarakan apa yang ada di dalam hati dan pikiran manusia lainnya


Yang terhormat yang duduk di singgasana, kami ini rakyat kecil yang masih kekurangan segala sesuatunya, untuk hidup pun kami masih susah, tolong jangan susahkan kami dengan peraturan-peraturan yang kami sendiri tidak mengerti apa maksudnya.

Kami harus sudah bangun, saat kalian masih tidur dengan lelap disamping pasangan masing-masing, ya kami harus bangun subuh, bukan hanya untuk sholat tapi benar-benar untuk melaksanakan kewajiban hidup kami, bekerja. Mungkin bagi kalian pekerjaan hanya suatu bentuk rutinitas yang harus kalian terima, tapi bagi kami, kerja bukan lagi sebagai tugas
tetapi adalah suatu hal yang membuat kami masih bisa hidup sampai hari ini.
Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian pasti tahu bahwa biaya hidup saat ini jauh diluar batas kemampuan kami, para rakyat tak mampu ini.
Kalian bekerja dengan 8 jam kerja sehari bahkan mungkin kurang, ya tapi apakah kami pernah mempermasalahkan hal itu ?, tidak, karena kami sadar, memang kami ditakdirkan untuk bekerja lebih berat dari kalian dan hasil yang kami dapat jauh bedanya dengan hasil yang kalian dapat, tapi seperti yang pernah orang tua kami nasihatkan kepada kami,
kami memang harus hidup keras agar kami bisa menjalani kehidupan ini.
Dan apakah kalian tahu ? bahwa kerja kami PASTI lebih dari 8 jam dalam 1 hari, bahkan kadang kami "cuma" bisa beristirahat 2-4 jam sehari, itupun bila anak-anak kami tidak ada yang rewel atau sakit, apakah kalian mempunyai etos kerja seperti yang kami punya ?

Dan sekarang, kalian menyatakan bahwa kami tidak boleh berada di tempat umum bila malam tiba ? apakah itu adil ? kami masih bekerja sampai malam, bukan, kami bukan pelacur, kami hanyalah orang yang harus bekerja keras membanting tulang, memeras keringat atau apapun istilah kalian, untuk kehidupan anak-anakku.
Dan kalian buat aturan itu tanpa meminta pendapat dari kami ?
apakah kalian anggap kamu ini adalah mahluk-mahluk hina yang tak berhak kalian temui dan kalian mintai pendapat ? ingatlah, kami yang yang menjalaninya, kalian ada disana karena kami ada disini, jika tidak ada kami yang akan kau perintah kalian tidak ada gunanya duduk
disana, jadi, tolong perhatikan empati kalian kepada kami, karena kami ini juga manusia
sama seperti kalian.

Kenapa kami harus di perlakukan seperti itu untuk sesuatu yang tidak kami lakukan ? Apa salah kami kepada kalian ?

Kami tidak meminta banyak kepada kalian, hanya kami minta agar kalian mengerti keadaan kami, sehingga kami akan dapat hidup lebih "layak" seperti kalian

Terinspirasi dari sebuah peristiwa.

Tuesday, March 07, 2006

Untukmu sahabatku

Kudengar lirih alunan lagu, sebuah lagu tentang persahabatan
Ku ingat aku pernah menulis juga untukmu sahabatku
Pikiranku sejenak berhenti
kemudian mengais-ngais cerita yang pernah kita tulis bersama

Sebuah kisah kehidupan dua anak manusia
coba tuk saling berbagi tanpa ada keinginan tuk dibalas
coba tuk saling mencinta tanpa ada nafsu yang mengotorinya
coba tuk saling menolong tanpa ada pamrih di balik semua tindakan yang dilakukan

Sahabat,
tak ada sentuhan raga seperti dulu
hanya imaginasi maya yang tergambar di pikiran
tapi kau seakan berada di dekatku

Sahabatku,
cerita kita masih teringat jelas dalam pikiranku,
kan ku buat prasasti indah di dalam hati
tuk mengenang cerita kita, agar tak terhapus oleh sang waktu

ps : buat semua sahabatku, terima kasih atas saran dan komentar yang kalian berikan di waktu lelahku

Wednesday, March 01, 2006

Lelah.....

Lelahku menjalaninya....
kehidupan ini begitu membuat tubuhku lelah,
bagaikan sebuah batang tua yang tertiup oleh angin kencang
tak berdaya menghadapinya tapi juga tak berdaya menolaknya

Asa tlah pupus...
bagaikan sebuah lilin yang padam
semangat di dada tlah menguap
bagaikan air yang terkena terpaan sang surya

Pikiran, sang penuntun tubuh ini
tak dapat berpikir lagi
dingin, membeku...
dalam sebuah tempat sunyi

Akankah tubuh rapuh ini khan dapat bertahan
tuk menjalani semua perjalanan kehidupan
akankah dapat bertahan tuk melalui semuanya
berjalan di jalan yang tak tahu ujungnya

Tuesday, February 21, 2006

Cinta

Kenapa orang mau jatuh cinta ? padahal cinta itu adalah hal terberat yang bisa dikerjakan manusia,
Cinta membuat manusia untuk lebih mendahulukan kepentingan pasangannya dibanding kepentingan dirinya sendiri
Cinta membuat manusia untuk berkorban bagi orang yang dikasihinya bahkan dalam beberapa kasus sampai berkorban nyawa
Cinta membuat manusia tersiksa pikirannya karena memikirkan orang terkasihnya
Cinta itu membuat manusia untuk tidak lagi memikirkan AKU tetapi KITA

Konsekuensi yang harus diterima saat orang tak lagi mencinta atau dicinta juga cukup "berat"
Putus cinta sering membuat orang melupakan dirinya sendiri sehingga banyak kasus dimana nyawa dikorbankan
Putus cinta sering membuat orang menjadi "gila"
Putus cinta sering membuat orang menjadi sedih berkepanjangan
Putus cinta sering membuat orang melakukan sesuatu yang mungkin tidak pernah dilakukan sepanjang hidupnya

Tapi itulah cinta, kenyataanya setiap manusia tetap saja "mengejar" cinta. Apakah ada di antara kita yang tidak "mengejar" cinta dalam hidupnya ?
Mungkin akan lebih baik kalo cinta tidak dikejar, karena cinta sebenarnya tumbuh di hati setiap manusia, dan cinta akan tumbuh subur jika manusia mau memeliharanya dengan rasa kasih.
Manusia tidak perlu takut dengan konsekuensi cinta karena konsekuensi itu timbul karena ke-AKU-an dari dalam diri manusia sendiri, cobalah melihatnya dengan mata hati dan pikiran yang jernih, bahwa semua hal yang timbul karena ke-AKU-an dan ke-INGIN-an dari dalam diri manusia sendiri, jika hal itu bisa dihilangkan atau paling sedikit di-minimize, betapa manusia akan bisa hidup tanpa kesengsaraan, dan penderitaan lagi.

Lihatlah bahwa sekitar kehidupan manusia juga di "jalankan" oleh cinta, matahari menyinari bumi dengan cintanya, pohon-pohon tumbuh dan berkembang dalam cinta dari bumi, hewan-hewan tumbuh dan berkembang dari cinta tanaman dan pohon di sekitarnya dan manusia juga tumbuh dari cinta alam kepadanya.

Cinta adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada mahluk ciptaanNya, termasuk manusia, dan berbahagialah manusia yang bisa merasakan dan memupuk cinta itu. Karena tak ada yang lebih mulia di dunia ini dibandingkan dengan cinta.

ps : ini gara-gara kepikir masih bulan februari ...jadi temanya masih cinta..;p

Tuesday, February 14, 2006

Berikanlah cinta kepada sesama

Seorang bayi yang sedang dibawa oleh burung bangau untuk diberikan kepada calon ibu bapanya, setelah tiba di suatu tempat sebelum "diturunkan" si bayi itu diberi kesempatan untuk bertanya kepada sang bangau.

bayi : Siapa mereka itu ?
bangau : Mereka adalah calon ibu ayahmu.

bayi : Siapa itu ibu dan siapa itu ayah ?
bangau : ibu adalah orang yang akan melahirkan kamu, dia yang akan menjagamu dari sebelum kamu lahir, dan akan membimbingmu sampai kau bisa hidup tanpa menggantungkan diri lagi kepada orang lain. Dan ayahmu adalah orang yang bertanggungjawab memberi nafkah kepadamu dan kepada ibumu, agar kamu tidak kekurangan dalam materi, dan dia juga akan menjagamu dan ibumu agar tidak ada orang jahat yang dapat mengganggu kalian.

bayi : Siapa itu orang jahat ?
bangau : orang jahat itu ada karena mereka menginginkan segala sesuatunya untuk kepentingan dirinya sendiri tanpa mau memikirkan apa efek tindakannya kepada orang lain, segala kejahatan itu disebabkan karena keinginan, alangkah bahagia manusia yang tidak mempunyai keinginan, karena dengan tidak mempunyai keinginan maka tidak akan ada kesedihan dan penyesalan dalam hidupnya. Dan yang bersikap jahat itu sebenarnya adalah orang yang sedang sakit, dan jika mereka sudah sembuh maka mereka tidak akan berbuat jahat lagi. Perbuatan jahat ini yang akan menghancurkan semua yang ada dunia, karena mereka adalah iblis-iblis yang bersemayam dalam pikiran dan hati manusia. Iblis-iblis ini tidak pernah tidur, mereka akan selalu menggoda manusia untuk melakukan sesuatu yang diinginkan oleh mereka, dan apa yang diinginkan oleh iblis-iblis itu adalah merusak segala yang telah dibuat manusia dan menghapus cinta manusia.

bayi : Mengapa aku harus lahir ke dunia kalau banyak orang jahat yang ada di sekitarku ?
bangau : engkau lahir untuk menyempurnakan kebahagiaan mereka, karena dengan kehadiranmu di tengah-tengah mereka, maka api cinta mereka akan semakin besar dan mereka akan saling menjaga sampai akhir hayat mereka. Dan mereka akan membanjiri kamu dengan cinta itu, sehingga kamu akan hidup dengan cinta di sekelilingmu. Dan tugasmulah untuk memberikan cinta itu ke orang-orang yang ada di sekelilingmu, dan dengan cinta itu semoga orang-orang yang sakit itu akan kembali sembuh. Dengan cintamu yang kau berikan kepada orang-orang yang berada di sekelilingmu itu, akan membuat dunia ini menjadi lebih baik, kau akan menjadi cahaya lilin dalam kegelapan yang menyelimuti dunia. Berjanjilah untuk selalu memberikan cintamu itu kepada orang-orang di sekitarmu.

bayi : Apakah tidak ada orang baik di dunia ini ?
bangau : banyak anakku, tetapi seorang yang baik pun mungkin saja menjadi orang jahat, karena kekurang hatian mereka dalam menyikapi maupun bertindak. Maka dari itu anakku, berikan cinta dalam hatimu kepada mereka, karena mereka membutuhkan itu untuk bisa sembuh dan kembali menjadi orang baik. Sayang percakapan kita harus berakhir, sekarang aku akan memberikan engkau ke pada calon ibumu.

bayi : terima kasih burung bangau.
bangau : terima kasih kembali, dan jangan lupa penuhilah dunia dengan cintamu.

Happy Valentines Day untuk yang merayakannya, bagi yang gak merayakan, gak ada salahnya untuk memberikan cinta kita kepada orang-orang di sekitar kita khan ?

Wednesday, February 08, 2006

Sahabat, jangan kau lepaskan mereka....

Saudaraku, kenapa kau lepaskan setan itu dari penjara pikiranmu ? kenapa tidak kau kunci rapat-rapat mereka ? apa sebabnya kau lepaskan mereka ? Apakah hati kecilmu juga menyetujuinya ?

Lihatlah akibatnya, semuanya hancur, ya semuanya, tak ada yang tersisa. Kasih sayang dan cinta, yang kita bangun dengan cucuran air mata itu, tlah hancur, bagaikan debu yang tertiup angin.

Saudaraku, kenapa kau mudah sekali dikuasai mereka ? kau rusak bangunan-bangunan itu, kau tikam sahabatmu sendiri, kau aniaya saudaramu sendiri, kau caci semua orang, bahkan mungkin orang yang tidak mengetahui dan bersalah kepadamu, kenapa ?

Bukankah kamu, sebagai manusia, selain diberikan otak untuk berpikir secara logis, tapi juga diberikan hati yang suci oleh Nya ? kenapa hanya kau turuti pikiranmu yang sudah dikuasai oleh mereka ? dimana hati nuranimu, dimana mata hatimu ?

Dimana arti perdamaian, cinta dan kasih yang kau teriak-teriakkan, dimana pengetahuan tentang kasih yang selalu kau terima dari para pemuka-pemuka agama, dimana rasa sayang yang dari kecil tlah kau pelajari dari orang tuamu, mana ?

Sahabatku, kenapa tidak kau buka lebar hatimu dengan rasa cinta yang ada di sekeliling kita ? kenapa tidak kau isi pengetahuanmu dengan kasih sayang yang sebenarnya kau tlah tahu bahkan sebelum kau lahir ? sadarlah sahabatku, bahwa setan itu hanya akan membawa kekacauan, hanya akan membawa kemusnahan, dan menjadikanmu manusia yang kotor di hadapanNya, apapun alasanmu.

Sahabatku, kembali kejalan kasih yang diajarkanNya, jangan kau rusak dengan menuruti nafsu itu. Kuncilah setan-setan itu rapat-rapat dan jangan pernah kau lepaskan mereka, agar damai senantiasa beserta kita.

Monday, February 06, 2006

Janganlah kau menangis, anakku

Sudahlah...jangan menangis anakku, kenapa kepergianku harus diiringi dengan isak tangismu ? Aku sudah "bahagia" disini, meninggalkan kefanaan yang ada, meninggalkan kesedihan, kemunafikan, kenaifan, dan segala keburukan yang ada di dunia.

Apa yang kau tangisi, anakku ? bukankah tangismu itu karena engkau mengasihani dirimu sendiri, karena engkau takut tak mempunyai "pegangan" lagi saat aku sudah tak dapat menjawab semua pertanyaanmu, saat aku sudah tak dapat lagi menemanimu dalam semua kondisi yang menyedihkan hatimu, saat kau sudah tak bisa lagi mendengarkan "kicauan burung tua" yang selalu memberikan nasihat kehidupan untukmu, dan bukannya untukku ?

Anakku, bukankah kepergianku ini adalah sebuah tujuan sebuah kehidupan ? bukankah semua orang harus meninggalkan semuanya dan kembali ke Sang Pencipta, untuk mempertanggungjawabkan semua hal yang telah dilakukannya ?

Anakku, janganlah kau menangisi kepergianku lagi, tataplah hari mendatang, jalanmu masih panjang, masih banyak tugas yang kamu harus selesaikan, ingatlah bahwa hidupmu bukan untuk dirimu sendiri, tapi kamu hidup untuk membuat orang lain menjadi "hidup", dan itu adalah hal yang berat anakku, janganlah engkau berputus asa karenanya, karena jika engkau berhasil melakukannya maka, bukan saja engkau membahagiakan orang itu, tapi engkau juga membahagiakan Penciptamu.

Aku bangga padamu, anakku, kau telah menjadi orang yang sesuai dengan harapanku, seorang anak yang mempunyai hati yang baik, serta mencintai orang tua dan keluarganya. Walau mungkin kau tidak mempunyai materi yang melimpah, tapi aku gembira karena kau berhasil mendidik putramu. Janganlah kau lelah untuk menemaninya, seperti aku telah menemanimu, jangan biarkan dia salah melangkah dan merusak kehidupannya, bimbinglah dia selalu, karena dia adalah rahmat terbesar yang diberikan Tuhan kepadamu.

Anakku, pesanku padamu, jalanilah kehidupan ini dengan bijaksana, janganlah kau salah melangkah dalam kehidupan ini, karena hal itu akan membuat sedih keluargamu. Janganlah kau berpaling dariNya, karena hanya kepada Dialah engkau dapat memohon untuk mendapat bantuan.
Buatlah selalu yang terbaik, untuk keluargamu, orang-orang disekitarmu dan juga untuk Tuhanmu.

"Sebuah renungan atas peristiwa yang terjadi di akhir Januari 2006 lalu"

Tuesday, January 24, 2006

Terima Kasih Tuhan

Istriku menyambutku kepulanganku dengan wajah cemberut, dan langsung menhujani aku dengan pertanyaan "Kenapa sampai basah kuyup seperti ini, khan kamu membawa jas hujan ?". "Iya, lagi males pake jas hujan" jawabku (malas berdebat).

Hujan yang sudah lama turun dengan deras itu tidak menyurutkan niatku untuk kembali ke rumah tanpa menggunakan jas hujan, tak tahu mengapa karena tak ada alasan yang jelas tapi hasrat dalam hatiku yang memberikan keputusan itu.

Udara dingin dengan cepat membungkus tubuh ini, sehingga membuat gigiku saling beradu sekedar tuk menahannya. Jaket yang aku pakai untuk melapis tubuhku tak dapat menahan banyaknya butiran air yang menghampiri seluruh tubuhku, dan bagaikan orang yang sedang mandi, dari atas rambut sampai ujung kaki tak ada bagian tubuhku yang tak basah.
Butiran hujan yang menyapa kulitku bagaikan jarum yang memasukinya, membuatku kulitku sedikit memerah, dan mulutku sedikit meringis ketika merasakan sakitnya. Butirannya yang mengenai mataku cukup mengganggu dan membuatku lebih berhati-hati untuk memperhatikan sekelilingku.

Kabut cukup tebal menyelimuti pandangan dan membuatku harus berhati-hati untuk mengendarai kuda besi ku ini. Bagaikan berjalan dalam kegelapan, karena praktis mata tak dapat melihat terlalu jauh karena terhalang kabut dan juga butiran air yang sangat bagaikan air diguyurkan dari langit itu.

Langit menampakkan kecantikannya dengan memberikan sinar yang terang, walau hanya sebentar, tetapi kemudian diikuti oleh suara yang cukup menakutkan, bagaikan raksasa yang berteriak, suaranya membahana.

Sambil menikmati segala pemandangan itu, tiba-tiba terlintas dalam pikiranku,"uh, sungguh kecilnya manusia, manusia yang tak berdaya apapun jika dibandingkan dengan alam, dengan diberi kabut dan hujan saja, panca indera utama manusia yaitu mata sudah kehilangan fungsinya." Teringat berita banjir bandang dan banjir lumpur yang menimpa beberapa daerah, "dengan diberi air saja manusia sudah tak dapat berbuat apa-apa, sekuat apapun tenaga yang dimiliki oleh orang itu, dan sehebat apapun ilmunya tak bisa lari dari sergapan air yang sangat banyak itu.", "kenapa manusia harus menyombongkan diri ? kenapa manusia harus menyelakai sesamanya ? apa yang akan disombongkan ? apa yang akan dibuktikan ?".


"Oh Tuhan, terima kasih karena Kau masih beri aku waktu untuk menikmati semua karyaMu, dan terima kasih pula karena dengan karyaMu itu kau sadarkan aku untuk menjadi manusia yang lebih baik, manusia yang sadar akan keterbatasannya, manusia yang memahami bahwa manusia adalah hanya satu dari segala ciptaanMu. Terima kasih Tuhan, terima kasih. Amin"

Tuesday, January 17, 2006

Ayah...Bunda...Apa Salahku ?

Ayah....Bunda....
Kenapa kau perlakukan aku seperti ini ? Apa salahku ? Bukankah katamu aku adalah malaikat kecilmu ? Bukankah katamu aku adalah pelita kecil dalam kegelapan ?
Sekian waktu tlah kau buang untuk menanti kedatanganku, tetapi kenapa setelah aku datang, kalian malah mengabaikan aku ? kalian malah menyiksaku ? kenapa kalian perlakukan aku lebih hina dari seekor binatang peliharaan ?

Hampir sebagian besar tubuhku berwarna kehitaman, bukan karena terbakar matahari, tapi karena terbakar nafsu amarah kalian, kau tuang minyak tanah ke tubuhku dan kemudian menyalakan api, sehingga tubuhku menjadi hitam seperti ini. Apakah kalian tahu sakitnya ? apakah kalian mau ikut merasakan perihnya ? apakah kalian berpikir efeknya ? Aku tidak yakin bahwa kalian memikirkan dan merasakannya.

Apakah kalian lihat bilur-bilur di kepala, tangan, kaki, dada dan punggungku ? itu semua akibat perbuatan kalian, perbuatan yang dikendalikan oleh nafsu setan kalian. Kalian anggap apakah aku ini ? apakah kalian samakan aku dengan seekor anjing yang bisa kalian pukul, tendang, maupun kalian lempari batu dengan tanpa rasa bersalah ? Pedih, perih, panas, dan nyeri, itu yang aku rasakan, tapi apa yang aku dapat lakukan selain hanya menangis ? sedangkan kalian tetap tak bergeming untuk terus memperlakukan aku seperti itu.

Aku hanyalah anak kecil yang kalian lahirkan ke dunia ini. Anak yang baru berumur beberapa tahun, anak yang masih belum mengetahui apa itu jahat dan apa itu baik, apa itu kebenaran dan apa itu kebohongan, apa itu setan dan apa itu Tuhan, tapi kalian telah siksa aku dengan berbagai macam kekerasan yang aku sedikitpun belum kenal, apa salahku ?
Padahal, kalian tau, aku ini adalah titipan Sang Pencipta pada kalian. Ingat, TITIPAN, bukan pemberian. Kalian dititipi aku, agar aku bisa merasakan apa yang kalian sebut kebahagiaan dunia, agar aku bisa merasakan apa arti kata cinta dan sayang, agar aku bisa merasakan indahnya kehidupan di dunia, tetapi kalian telah merenggutnya lepas, kalian telah menghapus semua.

Ayah....Bunda...
Sekarang aku telah kembali kepada Sang Ilahi, aku tahu bahwa kalian menangis diatas gundukan tanah merahku, tetapi apa gunanya ? betulkah kalian telah menyesal dengan apa yang telah kalian lakukan kepadaku ? apakah kalian benar-benar tidak akan melakukan hal yang sama jika adikku lahir ke dunia ?
Semoga, kalian benar-benar akan mengubah sikap dan tindakan kalian. Disini, aku hanya bisa meminta kepada Sang Maha Pengampun, agar mau mengampuni apa yang telah kalian perbuat kepadaku, biarlah aku menunggu kalian di sisi Allah, disini.


Ditujukan untuk semua anak-anak yang telah disia-siakan oleh orang tuanya, semoga para orang tua lebih bisa menghargai, mencintai dan menyayangi anak-anaknya.

Thursday, January 05, 2006

Kurindu kotamu....

Kurindukan kotamu...
Kota yang memiliki banyak bangunan dengan arsitektur kuno berdiri dengan anggunnya. Kota dimana kapitalisme belum terlalu menyentuh kehidupan. Nuansa budaya masih kental dalam kehidupan penduduknya.

Mbok-mbok nyunggi bakul, menjajakan panganan khas, berjalan kaki nyeker menyusuri jalan raya dan kampung. Panganan khas yang selalu mengingatkan aku saat tak berada disana.
Orang-orang dengan pakaian sederhana yang mengerumuni angkringan sambil njagong dengan kaki yang dinaikkan di kursi sambil nyruput segelas kopi hangat di sore hari. Para musisi yang hidup dari pemberian sedekah di jalan, ditemani dengan selinting rokok hasil karya tangan sendiri, wah nikmatnya.

Suara gamelan mengalun lembut dibelakang hiruk pikuk aktivitas penduduknya, sejuk dan damai dalam jiwa dan pikiran bagi yang mendengarkannya.

Orang-orang yang berlalu-lalang dengan menggunakan dokar sebagai alat transportasi, sebagian yang berjalan menggunakan blangkon, sambil berjalan melenggang, tak tampak tergesa-gesa dan waktu akan selalu menunggu mereka dalam menjalani kehidupan ini, tidak seperti orang yang tinggal di kota besar yang hanya berpikir untuk mengejar waktu. Sikap bersahabat dengan tutur kata yang sangat halus menjadi ciri khas mereka, dimana orang menyapa disitulah sahabat berada, akan damailah dunia jika orang mau menyapa dan membantu orang lain tanpa berpikir balas jasa.

Ketika pagi hari, udara yang dingin terasa sampai menusuk sumsum dan kabut terlihat menyelimuti pandangan, terlihat beberapa kelompok orang, yang sambil menyungging senyum di mulut dan bersenda gurau, nggenjot sepeda kumbang dengan warna yang sudah memudar, saksi riwayat kehidupan pemiliknya.

Pusat pemerintahan yang berdiri dengan megah disudut pusat kota, dengan dinding yang cukup tinggi dan besi-besi yang kuat serta ornamen khas yang menghiasinya, menambah keanggunan. Riwayat mistis memberikan suasana tersendiri bagi yang merasakannya. Para penjaga yang berpakaian abdi dalem resmi terlihat tetap menjalankan tugasnya, walau banyak yang sepuh tapi keceriaan di wajah tak mau kalah dengan semangat yang ada.

Pantai nan indah membentang, pasti banyak cerita terukir. Hikayat legenda hadir di sana, seorang putri cantik yang menjadi penguasa lautan di daerah selatan pulau Jawa. Tak tahu apakah cerita itu benar adanya, yang pasti deru ombak memberikan gambaran betapa manusia adalah manusia lemah dan tak berdaya, yang hanya bisa melakukan kesombongan bagi sesamanya dan dirinya sendiri.

Mendamaikan hati dan jiwa dengan menyaksikan indahnya gunung merapi dan udara yang sejuk yang menyelimutinya. Sungguh hebat Kau Sang Pencipta, menciptakan lukisan sehebat dan seindah ini. Ingin ku melukiskannya dalam pikiran dan jiwaku tuk sekedar menyimpan keindahan itu agar langgeng.

Kapan ku kan bisa kembali ke kotamu ??

Gumregah Merapi anyundhul langit
Padhang mbulan ing candhi Prambanan
Keraton pusering buddhi
Candik ayu ing segara kidul

Tuesday, January 03, 2006

Renungan di Tahun Baru

Suara terompet terdengar nyaring memekakan telinga, dan juga suara kembang api di angkasa yang disulut untuk menyambut tahun baru ini menghiasi angkasa malam dengan warna-warni yang ceria.
Tapi apakah tahun baru ini akan memberikan suasana baru dan kondisi kehidupan yang serba baru juga ?
Masih teringat setahun yang lalu, bagaimana alam memperlihatkan kekuatannya, sebuah kota di ujung utara di porak-porandakannya, semua dihempas oleh gelombang lautan, hanya sedikit yang bertahan, hanya sedikit yang selamat. Kesedihan melanda beribu-ribu manusia di Aceh, gelombang tersebut telah melenyapkan harta benda yang (mungkin) telah mereka kumpulkan bertahun-tahun bahkan mungkin seumur hidup mereka, bahkan yang lebih menyedihkan lagi, banyak anak kehilangan orang tuanya dan orang tua kehilangan anak, banyak kakak kehilangan adiknya dan adik kehilangan kakak, banyak suami kehilangan istri dan istri kehilangan suami, saudara, teman serta orang tersayang. Betapa besar kekuasaan alam dan manusia hanyalah serpihan pasir dari kebesaran alam itu.
Masih teringat betapa kesedihan melanda saat pesawat penumpang itu gagal lepas landas dan jatuh di atas perumahan yang ada, berapa banyak manusia yang tidak tahu menahu harus jadi korban ?
Masih teringat betapa harga bahan kebutuhan hidup yang melonjak naik, karena kenaikan komponen utama dari setiap bahan kebutuhan hidup itu, masyarakat kurang mampu semakin terperosok ke dalam jurang kemiskinan, masyarakat yang hidup pas-pasan harus mengencangkan perut dan mulut, dan masyarakat menengah harus mulai menurunkan standar kehidupannya.
Masih teringat betapa banyak sekali penyakit, flu burung, anthrax, busung lapar yang singgah mengunjungi daerah-daerah di negeri ini, penyakit yang tidak tersangka akan datang mengunjungi dan bahkan menjadi malaikat kematian bagi beberapa orang.
Masih teringat bagaimana berjuta-juta pencari kerja harus berebutan masuk ke area lokasi pameran kerja.
Masih teringat bagaimana beribu-ribu karyawan perusahaan dipecat karena perusahaannya mengaku pailit.

Akankah hal-hal itu akan terulang lagi di tahun ini ? akankah tahun ini akan menjadi tahun kesegaran bagi yang dahaga ? tahun kesuksesan bagi yang gagal ? tahun keselamatan bagi yang terkena bencana ? tahun perdamaian bagi yang sedang berperang ? tahun cinta kasih bagi yang sedang bertikai ?
tak ada yang tau semua itu, hanya Dia yang bisa menjawab itu.
Dan kita sebagai ciptaanNya, apakah punya hak untuk berdiam diri ? apakah punya hak untuk memasrahkan diri pada nasib ? apakah punya hak untuk mengandalkan orang lain yang mengerjakan apa yang sudah jadi kewajiban dirinya ?

Cukup sudah hal-hal buruk yang terjadi pada negara, bumi dan diri. Cukup sudah segala siksa lahir dan batin yang pernah menyapa. Cukup sudah tangis pilu yang pernah terdengar. Cukup sudah sinar kekecewaan yang memancar dari mata.

Semoga di tahun yang baru ini semua yang di cita-citakan bisa tercapai dengan baik. Dan janganlah lupa tuk selalu memohon pada sang kuasa di sana, agar Dia berikan jalan dan restuNya kepada kita semua.

BUAT TEMAN-TEMAN SEMUA, SELAMAT TAHUN BARU 2006