Tuesday, January 24, 2006

Terima Kasih Tuhan

Istriku menyambutku kepulanganku dengan wajah cemberut, dan langsung menhujani aku dengan pertanyaan "Kenapa sampai basah kuyup seperti ini, khan kamu membawa jas hujan ?". "Iya, lagi males pake jas hujan" jawabku (malas berdebat).

Hujan yang sudah lama turun dengan deras itu tidak menyurutkan niatku untuk kembali ke rumah tanpa menggunakan jas hujan, tak tahu mengapa karena tak ada alasan yang jelas tapi hasrat dalam hatiku yang memberikan keputusan itu.

Udara dingin dengan cepat membungkus tubuh ini, sehingga membuat gigiku saling beradu sekedar tuk menahannya. Jaket yang aku pakai untuk melapis tubuhku tak dapat menahan banyaknya butiran air yang menghampiri seluruh tubuhku, dan bagaikan orang yang sedang mandi, dari atas rambut sampai ujung kaki tak ada bagian tubuhku yang tak basah.
Butiran hujan yang menyapa kulitku bagaikan jarum yang memasukinya, membuatku kulitku sedikit memerah, dan mulutku sedikit meringis ketika merasakan sakitnya. Butirannya yang mengenai mataku cukup mengganggu dan membuatku lebih berhati-hati untuk memperhatikan sekelilingku.

Kabut cukup tebal menyelimuti pandangan dan membuatku harus berhati-hati untuk mengendarai kuda besi ku ini. Bagaikan berjalan dalam kegelapan, karena praktis mata tak dapat melihat terlalu jauh karena terhalang kabut dan juga butiran air yang sangat bagaikan air diguyurkan dari langit itu.

Langit menampakkan kecantikannya dengan memberikan sinar yang terang, walau hanya sebentar, tetapi kemudian diikuti oleh suara yang cukup menakutkan, bagaikan raksasa yang berteriak, suaranya membahana.

Sambil menikmati segala pemandangan itu, tiba-tiba terlintas dalam pikiranku,"uh, sungguh kecilnya manusia, manusia yang tak berdaya apapun jika dibandingkan dengan alam, dengan diberi kabut dan hujan saja, panca indera utama manusia yaitu mata sudah kehilangan fungsinya." Teringat berita banjir bandang dan banjir lumpur yang menimpa beberapa daerah, "dengan diberi air saja manusia sudah tak dapat berbuat apa-apa, sekuat apapun tenaga yang dimiliki oleh orang itu, dan sehebat apapun ilmunya tak bisa lari dari sergapan air yang sangat banyak itu.", "kenapa manusia harus menyombongkan diri ? kenapa manusia harus menyelakai sesamanya ? apa yang akan disombongkan ? apa yang akan dibuktikan ?".


"Oh Tuhan, terima kasih karena Kau masih beri aku waktu untuk menikmati semua karyaMu, dan terima kasih pula karena dengan karyaMu itu kau sadarkan aku untuk menjadi manusia yang lebih baik, manusia yang sadar akan keterbatasannya, manusia yang memahami bahwa manusia adalah hanya satu dari segala ciptaanMu. Terima kasih Tuhan, terima kasih. Amin"

Tuesday, January 17, 2006

Ayah...Bunda...Apa Salahku ?

Ayah....Bunda....
Kenapa kau perlakukan aku seperti ini ? Apa salahku ? Bukankah katamu aku adalah malaikat kecilmu ? Bukankah katamu aku adalah pelita kecil dalam kegelapan ?
Sekian waktu tlah kau buang untuk menanti kedatanganku, tetapi kenapa setelah aku datang, kalian malah mengabaikan aku ? kalian malah menyiksaku ? kenapa kalian perlakukan aku lebih hina dari seekor binatang peliharaan ?

Hampir sebagian besar tubuhku berwarna kehitaman, bukan karena terbakar matahari, tapi karena terbakar nafsu amarah kalian, kau tuang minyak tanah ke tubuhku dan kemudian menyalakan api, sehingga tubuhku menjadi hitam seperti ini. Apakah kalian tahu sakitnya ? apakah kalian mau ikut merasakan perihnya ? apakah kalian berpikir efeknya ? Aku tidak yakin bahwa kalian memikirkan dan merasakannya.

Apakah kalian lihat bilur-bilur di kepala, tangan, kaki, dada dan punggungku ? itu semua akibat perbuatan kalian, perbuatan yang dikendalikan oleh nafsu setan kalian. Kalian anggap apakah aku ini ? apakah kalian samakan aku dengan seekor anjing yang bisa kalian pukul, tendang, maupun kalian lempari batu dengan tanpa rasa bersalah ? Pedih, perih, panas, dan nyeri, itu yang aku rasakan, tapi apa yang aku dapat lakukan selain hanya menangis ? sedangkan kalian tetap tak bergeming untuk terus memperlakukan aku seperti itu.

Aku hanyalah anak kecil yang kalian lahirkan ke dunia ini. Anak yang baru berumur beberapa tahun, anak yang masih belum mengetahui apa itu jahat dan apa itu baik, apa itu kebenaran dan apa itu kebohongan, apa itu setan dan apa itu Tuhan, tapi kalian telah siksa aku dengan berbagai macam kekerasan yang aku sedikitpun belum kenal, apa salahku ?
Padahal, kalian tau, aku ini adalah titipan Sang Pencipta pada kalian. Ingat, TITIPAN, bukan pemberian. Kalian dititipi aku, agar aku bisa merasakan apa yang kalian sebut kebahagiaan dunia, agar aku bisa merasakan apa arti kata cinta dan sayang, agar aku bisa merasakan indahnya kehidupan di dunia, tetapi kalian telah merenggutnya lepas, kalian telah menghapus semua.

Ayah....Bunda...
Sekarang aku telah kembali kepada Sang Ilahi, aku tahu bahwa kalian menangis diatas gundukan tanah merahku, tetapi apa gunanya ? betulkah kalian telah menyesal dengan apa yang telah kalian lakukan kepadaku ? apakah kalian benar-benar tidak akan melakukan hal yang sama jika adikku lahir ke dunia ?
Semoga, kalian benar-benar akan mengubah sikap dan tindakan kalian. Disini, aku hanya bisa meminta kepada Sang Maha Pengampun, agar mau mengampuni apa yang telah kalian perbuat kepadaku, biarlah aku menunggu kalian di sisi Allah, disini.


Ditujukan untuk semua anak-anak yang telah disia-siakan oleh orang tuanya, semoga para orang tua lebih bisa menghargai, mencintai dan menyayangi anak-anaknya.

Thursday, January 05, 2006

Kurindu kotamu....

Kurindukan kotamu...
Kota yang memiliki banyak bangunan dengan arsitektur kuno berdiri dengan anggunnya. Kota dimana kapitalisme belum terlalu menyentuh kehidupan. Nuansa budaya masih kental dalam kehidupan penduduknya.

Mbok-mbok nyunggi bakul, menjajakan panganan khas, berjalan kaki nyeker menyusuri jalan raya dan kampung. Panganan khas yang selalu mengingatkan aku saat tak berada disana.
Orang-orang dengan pakaian sederhana yang mengerumuni angkringan sambil njagong dengan kaki yang dinaikkan di kursi sambil nyruput segelas kopi hangat di sore hari. Para musisi yang hidup dari pemberian sedekah di jalan, ditemani dengan selinting rokok hasil karya tangan sendiri, wah nikmatnya.

Suara gamelan mengalun lembut dibelakang hiruk pikuk aktivitas penduduknya, sejuk dan damai dalam jiwa dan pikiran bagi yang mendengarkannya.

Orang-orang yang berlalu-lalang dengan menggunakan dokar sebagai alat transportasi, sebagian yang berjalan menggunakan blangkon, sambil berjalan melenggang, tak tampak tergesa-gesa dan waktu akan selalu menunggu mereka dalam menjalani kehidupan ini, tidak seperti orang yang tinggal di kota besar yang hanya berpikir untuk mengejar waktu. Sikap bersahabat dengan tutur kata yang sangat halus menjadi ciri khas mereka, dimana orang menyapa disitulah sahabat berada, akan damailah dunia jika orang mau menyapa dan membantu orang lain tanpa berpikir balas jasa.

Ketika pagi hari, udara yang dingin terasa sampai menusuk sumsum dan kabut terlihat menyelimuti pandangan, terlihat beberapa kelompok orang, yang sambil menyungging senyum di mulut dan bersenda gurau, nggenjot sepeda kumbang dengan warna yang sudah memudar, saksi riwayat kehidupan pemiliknya.

Pusat pemerintahan yang berdiri dengan megah disudut pusat kota, dengan dinding yang cukup tinggi dan besi-besi yang kuat serta ornamen khas yang menghiasinya, menambah keanggunan. Riwayat mistis memberikan suasana tersendiri bagi yang merasakannya. Para penjaga yang berpakaian abdi dalem resmi terlihat tetap menjalankan tugasnya, walau banyak yang sepuh tapi keceriaan di wajah tak mau kalah dengan semangat yang ada.

Pantai nan indah membentang, pasti banyak cerita terukir. Hikayat legenda hadir di sana, seorang putri cantik yang menjadi penguasa lautan di daerah selatan pulau Jawa. Tak tahu apakah cerita itu benar adanya, yang pasti deru ombak memberikan gambaran betapa manusia adalah manusia lemah dan tak berdaya, yang hanya bisa melakukan kesombongan bagi sesamanya dan dirinya sendiri.

Mendamaikan hati dan jiwa dengan menyaksikan indahnya gunung merapi dan udara yang sejuk yang menyelimutinya. Sungguh hebat Kau Sang Pencipta, menciptakan lukisan sehebat dan seindah ini. Ingin ku melukiskannya dalam pikiran dan jiwaku tuk sekedar menyimpan keindahan itu agar langgeng.

Kapan ku kan bisa kembali ke kotamu ??

Gumregah Merapi anyundhul langit
Padhang mbulan ing candhi Prambanan
Keraton pusering buddhi
Candik ayu ing segara kidul

Tuesday, January 03, 2006

Renungan di Tahun Baru

Suara terompet terdengar nyaring memekakan telinga, dan juga suara kembang api di angkasa yang disulut untuk menyambut tahun baru ini menghiasi angkasa malam dengan warna-warni yang ceria.
Tapi apakah tahun baru ini akan memberikan suasana baru dan kondisi kehidupan yang serba baru juga ?
Masih teringat setahun yang lalu, bagaimana alam memperlihatkan kekuatannya, sebuah kota di ujung utara di porak-porandakannya, semua dihempas oleh gelombang lautan, hanya sedikit yang bertahan, hanya sedikit yang selamat. Kesedihan melanda beribu-ribu manusia di Aceh, gelombang tersebut telah melenyapkan harta benda yang (mungkin) telah mereka kumpulkan bertahun-tahun bahkan mungkin seumur hidup mereka, bahkan yang lebih menyedihkan lagi, banyak anak kehilangan orang tuanya dan orang tua kehilangan anak, banyak kakak kehilangan adiknya dan adik kehilangan kakak, banyak suami kehilangan istri dan istri kehilangan suami, saudara, teman serta orang tersayang. Betapa besar kekuasaan alam dan manusia hanyalah serpihan pasir dari kebesaran alam itu.
Masih teringat betapa kesedihan melanda saat pesawat penumpang itu gagal lepas landas dan jatuh di atas perumahan yang ada, berapa banyak manusia yang tidak tahu menahu harus jadi korban ?
Masih teringat betapa harga bahan kebutuhan hidup yang melonjak naik, karena kenaikan komponen utama dari setiap bahan kebutuhan hidup itu, masyarakat kurang mampu semakin terperosok ke dalam jurang kemiskinan, masyarakat yang hidup pas-pasan harus mengencangkan perut dan mulut, dan masyarakat menengah harus mulai menurunkan standar kehidupannya.
Masih teringat betapa banyak sekali penyakit, flu burung, anthrax, busung lapar yang singgah mengunjungi daerah-daerah di negeri ini, penyakit yang tidak tersangka akan datang mengunjungi dan bahkan menjadi malaikat kematian bagi beberapa orang.
Masih teringat bagaimana berjuta-juta pencari kerja harus berebutan masuk ke area lokasi pameran kerja.
Masih teringat bagaimana beribu-ribu karyawan perusahaan dipecat karena perusahaannya mengaku pailit.

Akankah hal-hal itu akan terulang lagi di tahun ini ? akankah tahun ini akan menjadi tahun kesegaran bagi yang dahaga ? tahun kesuksesan bagi yang gagal ? tahun keselamatan bagi yang terkena bencana ? tahun perdamaian bagi yang sedang berperang ? tahun cinta kasih bagi yang sedang bertikai ?
tak ada yang tau semua itu, hanya Dia yang bisa menjawab itu.
Dan kita sebagai ciptaanNya, apakah punya hak untuk berdiam diri ? apakah punya hak untuk memasrahkan diri pada nasib ? apakah punya hak untuk mengandalkan orang lain yang mengerjakan apa yang sudah jadi kewajiban dirinya ?

Cukup sudah hal-hal buruk yang terjadi pada negara, bumi dan diri. Cukup sudah segala siksa lahir dan batin yang pernah menyapa. Cukup sudah tangis pilu yang pernah terdengar. Cukup sudah sinar kekecewaan yang memancar dari mata.

Semoga di tahun yang baru ini semua yang di cita-citakan bisa tercapai dengan baik. Dan janganlah lupa tuk selalu memohon pada sang kuasa di sana, agar Dia berikan jalan dan restuNya kepada kita semua.

BUAT TEMAN-TEMAN SEMUA, SELAMAT TAHUN BARU 2006