Tuesday, July 18, 2006

Surat kepada Sang Khalik

Sang Khalik sang empunya Bumi dan seisinya,

HambaMu ini ingin bertanya kepadaMu, mengapa Kau berikan pencobaan yang sangat berat dan tak henti-hentinya untuk ciptaanMu yang hidup di negeri yang seharusnya kaya dan makmur ini ? Apakah kami telah membuatMu sedih dan membuatMu marah ? ataukah memang ini sekedar pencobaan yang kau berikan kepada kami agar kami menjadi mahluk ciptaanMu yang semakin tegar atau apakah semua ini sebagai peringatan untuk kami agar semakin mendekatkan diri kepadaMu ?

Bencana-bencana alam yang terjadi benar-benar meruntuhkan egoisme kami, benar-benar membuat kami sedih karena kehilangan harta dan saudara-saudara yang kami cintai. Dari bencana Tsunami di Aceh, yang meluluhlantakkan segala sesuatu yang berada di Serambi Mekah, kemudian bencana kelaparan yang terjadi di beberapa daerah, gempa besar yang terjadi di daerah Jogjakarta, kota pelajar dan indah itu, harus kehilangan sebagian keindahannya, dan yang barusan terjadi, gempa yang menewaskan lebih dari 100 orang saudara kami di Pangandaran.

Kami sadar bahwa kami adalah mahluk ciptaanMu yang sangat lemah, yang hanya bisa berkuasa terhadap diri sendiri, dan tak berkuasa terhadap apapun, apalagi terhadap alam ciptaanMu yang maha besar, di bandingkan dengan segala ciptaanMu, kami ini hanyalah serpihan debu yang sedang melayang-layang dalam dunia fana, yang akan terbang ke kiri atau kanan bila ada yang angin meniupnya.

Sang Khalik, beritahukanlah kesalahan kami, jika kami memang bersalah, jangan hukum kami dengan cara seperti ini, banyak airmata dan kesedihan yang tertumpah, banyak kehilangan yang kami rasakan. Kami berharap bencana Pangandaran ini adalah cobaan terakhir yang Kau berikan kepada kami, sehingga tak ada lagi curahan air mata dari orang-orang yang masih tertinggal di dunia fana ini. Sang Khalik, maafkanlah segala hal yang membuat Kau tidak senang dengan kami, maafkanlah kami, karena kami khilaf sehingga mudah tergoda dengan semua kesenangan duniawi yang tercipta, kami lupa bahwa segala sesuatu itu hanyalah fana belaka.

Sang Khalik, sembah sujud dan puji dan rasa sesal dari hati yang kami haturkan dalam kejujuran jiwa yang paling dalam, kami hunjukkan hanya kepadaMu, semoga ini semua mampu membuat Engkau memaafkan segala kesalahan kami dan memberikan kami penghidupan yang layak dan kebahagiaan dalam kehidupan kami yang tidak akan lama lagi ini.

Sang Khalik, maafkan dan bantulah kami selalu.

Amin.

Dari hambaMU,

Penghuni negeri Indonesia

NB : Ikut Berbela Sungkawa kepada korban gempa Pangandaran

Thursday, July 13, 2006

Anakku, aku sayang padamu…(sebuah tanggapan)

Anakku,walau hidup kita serba kekurangan,

kadang kita hanya makan 1 kali sehari bahkan kadang sebungkus nasi kita makan bersama ibu dan adik-adikmu

tapi engkau tetap tak mengeluh, bahkan engkau selalu menyambut aku saat aku pulang dari kerja



Anakku, aku bahagia memiliki anak sepertimu,

walau ayahmu ini hanyalah pemulung sampah, tapi kau tetap memberikan hormat kepadaku

engkau tidak merasa malu atas pekerjaan yang aku kerjakan, bahkan engkau mau menemaniku untuk bekerja di saat

waktu libur sekolahmu



Anakku,

aku bahagia karena engkau adalah anakku,

disaat anak lain meminta dan merengek orang tuanya untuk dibelikan main,

engkau malah menjawab “tidak, ayah” saat engkau kuberikan mainan bekas yang masih bagus yang ku dapat dari tempat sampah.

Aku tahu bukannya engkau tidak mau, tapi engkau tidak mau karena mainan plastik itu akan lebih bernilai jika dijual,

karena dengan itu kita akan dapat membeli makan.

disaat anak lain tak bersemangat untuk belajar, engkau ditemani dengan lampu yang aku rasa masih kurang cukup untuk

menerangi buku yang kau baca tetap bersemangat untuk mempersiapkan masa depanmu.



Anakku, aku sayang padamu



 

Wednesday, July 05, 2006

Ayah, aku bangga padamu….

Ayah, betapa giatnya kau bekerja, seakan-akan tak mempedulikan waktu dan tenaga yang kamu miliki. Aku tahu, bahwa kita bukanlah keluarga yang berkecukupan.
Lampu penerangan di rumah kita ini hanya 5 watt dan itu pun hanya 2 buah, memang rumah kita tidak besar, tapi nyatanya cukup untuk menampung kita berlima, iya, ayah, ibu, aku dan 2 adikku.
Rumah kita hanya menggunakan dinding tripleks, tapi aku rasa cukup nyaman bagi kita untuk tinggal di dalamnya.

Ayah, aku bersyukur, walau kita dalam kondisi kekurangan, tapi kau tetap bisa menyisihkan penghasilanmu untuk membayar SPP sekolahku dan adik-adik. Aku tahu bahwa SPP ku tidak mahal, tapi bagi keluarga kita, jumlah itu tetaplah memberatkan. Aku ingat nasihatmu, bahwa pendidikan adalah yang nomer satu, karena dengan pendidikan aku akan menjadi anak yang cerdas, anak yang mampu untuk bersaing dengan anak-anak lainnya sehingga kehidupanku akan lebih baik di masa yang akan datang.

Ayah, disaat aku libur ini, aku ingin sekali menemanimu, tuk sekedar mengetahui apa yang kau kerjakan, aku ingin sekali merasakan apa yang kau telah kerjakan, mencari botol plastik dalam gunung sampah, mencari kardus-kardus bekas, menjadi buruh bangunan atau apapun pekerjaan halal yang dapat menghasilkan sedikit uang untuk mencukupi kebutuhan keluargamu.

Ayah, sekarang ku tahu betapa berat beban hidupmu, untuk memenuhi segala kebutuhan hidup keluarga kita, dan aku bahagia karena memiliki ayah seperti mu yang bertanggung jawab terhadap keluarga, yang mau mengorbankan segalanya untuk keluargamu dan yang memberikan kasih sayang sepenuhnya kepada keluargamu.

Ayah, aku bangga padamu….