Suara Yang Kembali Terdengar...
Beberapa waktu, melakukan kristalisasi diri, tidak menghilang, hanya sekedar menepi, mencoba mencari kejernihan dari hati dan jiwa, bukan tuk menjadi seorang yang suci, orang yang hidupnya tanpa dosa, melainkan mencoba mencari apa yang seharusnya dicari dari awal mula diciptakan di dunia fana ini, bukan perkara yang mudah tapi bukan juga perkara yang sulit, dan sang waktu ikut berperan di dalamnya. Bagaikan sebuah kepompong yang mencoba menjadi suatu bentuk kehidupan yang lebih baik dan sempurna serta lebih berguna untuk kehidupan lain di sekitarnya.
Banyak kejadian yang terjadi, dan tak tuli telinga, hasrat ingin berteriak, berbicara, ingin mengucapkan sesuatu tapi tertahan di dalam hati dan pikiran saja, karena terpikir belumlah saatnya.
Lautan kehidupan yang bergejolak, bagaikan ombak yang terus menerus menerjang bibir pantai tak peduli sang surya atau sang purnama yang bertahta, tak peduli apakah kedamaian atau kekacauan yang terjadi di alam sang ombak tetap menyapa bibir pantai dengan mesranya.
Tak terasa jejaring waktu mulai melilit tubuh, bayu yang menyilir kulit telah memberikan kesegaran dan memberikan keleluasaan bagi butiran merah dalam tubuh tuk mengalir melalui pipa-pipa kecil di dalam tubuh rapuh ini. Walau sedikit dan perlahan, kegelapan yang menyelimuti mulai dikuak oleh sang cahya, apakah sang cahya itu yang akan menuntun tuk mendapatkan jalan yang diinginkan ? hanya sang waktu dan Khalik yang bisa menjawabnya.
Ketika keinginan tuk kembali melukiskan keinginan hati dan pikiran dengan kata-kata membuncah, diri mulai tak sanggup untuk melawannya, apakah ini saatnya untuk melepaskan kepompong ? aku tak tahu, dan mungkin tak ada yang tahu sampai sang pengelana waktu ini mencapai suatu titik.
Terima kasih untuk sang permaisuri dan sang pangeran, yang selalu menjaga dengan penuh sayang dan memberikan keteduhan dan kesegaran karena tak mungkin tubuh rapuh ini melakukan semuanya sendiri. Terima kasih pula, kepada alam yang telah memberikan pengajarannya dan pengalaman yang tak dapat dinilai dengan satuan uang manapun di dunia ini, dan juga kepada para sahabat yang dengan sabar trus menyapa di saat semua kekeluan dan kebekuan melingkup diri, dan terutama sang Khalik yang telah melengkapi tubuh rapuh ini dengan akal budi serta hasrat dan pikiran di dalamnya, semoga hamba hina ini tetap mendapat tuntutunan dalam mengarungi perjalanan yang tak tahu sampai dimana akhirnya.
2 comments:
jadi teringat diri sendiri...
postingan terakhirku persis tanggal 1nov, dan sepertinya aku harus mulai bangun lagi sekarang.
Tks yah..
tak ada yang ada akhirnya . . .
Post a Comment