Pak Tua, Sebuah Pelajaran...
Tak ada sinar kehidupan pada matanya yang sayu, dikelilingi oleh kulit yang sudah meng-eriput termakan oleh sang waktu, punggungnya yang sedikit melengkung kedepan mungkin karena sudah terlalu lama dia duduk dan berdiam di situ. Apakah dia tidak merasa udara dingin yang menyerang saat malam menjelang atau saat sang dewa hujan mencurahkan airnya dan udara dingin ke bumi ini ? Tak terlihat keinginannya untuk mencari tempat yang lebih hangat
Tak tampak istri maupun anak-anaknya, apakah dia memang tidak mempunyai anak dan istri ? apkaha dia sudah hidup sebatang kara di dunia ini dan hanya menunggu sang malaikat maut menjatuhkan tangan kepadanya ? seperti itukah nasib seorang tua miskin yang tidak mempunyai anak istri, sehingga untuk hidupnyapun harus mengiba kepada orang lain ? apakah dia salah jika dia tidak mempunyai tabungan yang cukup untuk hari tuanya ?
Apakah dia memang tidak mempunyai saudara di dunia ini ? ataukah memang tak ada satupun sanak-saudaranya yang mau mengakuinya sebagai saudara ? Apakah tak ada satupun yang menaruh rasa iba dan memberikan makanan ataupun pakaian padanya ? jikapun ada apakah cukup untuk menyambung kehidupannya dari hari-ke hari ?
Masih segar dalam ingatan saat sang guru mengajarkan kepada para muridnya bahwa fakir miskin dan anak telantar dipelihara oleh negara, apakah itu masih berlaku dengan kondisi yang seperti ini ? mungkin tidak, tapi apakah yang berwenang sama sekali tidak mempunyai tanggung jawab moral untuk melakukan sesuatu ? mungkin salah untuk berpikir seperti ini, tapi salah siapakah semua ini sehingga kondisi seperti itu terjadi ? salahkah orang-orang yang berlalu lalang di depan laki-laki itu tanpa berbuat sesuatu ? atau salahkah yang berwenang karena tidak mampu memelihara para anak dan fakir miskin itu ? mungkin satu-satunya yang bisa jelas dipersalahkan adalah lelaki tua itu, dia salah karena tak punya anak-istri yang bisa merawatnya di hari tua, dia salah karena tidak mempunyai saudara ataupun siapapun untuk bisa dianggap saudara, dia salah karena tidak mempunyai pekerjaan yang bisa memberikan dana pensiun kepadanya seumur hidupnya, dia salah karena tidak mau menabung disaat dia masih menghasilkan dan mampu menabung, benarkah demikian ?
Bagiku, bapak tua itu memberikan pelajaran yang sangat berarti bahwa hidup ini adalah suatu perjuangan dan bukan perjalanan biasa, sebuah perjuangan yang membutuhkan perasan keringat yang tak terhitung, bahwa tidak akan ada orang yang bertanggung jawab dengan kondisi dan kehidupan kita selain diri kita sendiri, tak ada yang bisa diharapkan jika kita tidak mengharapkan pada diri kita sendiri, tak ada perjuangan jika kita tidak berjuang sendiri.
Inspired : oleh seorang lelaki tua yang selalu duduk di sudut jalan